Sama Seperti Indomie, Dilan Juga Seleraku

Sumber: www.duniaku.net

Saya pribadi belum menonton film maupun membaca novel Dilan. Sebenarnya, saya sudah lama tertarik untuk membaca novelnya karena direkomendasikan oleh salah satu teman kampret saya. Katanya sih novelnya receh banget, cocok dibaca kalau otak lagi nggak ingin diajak mikir. Padahal teman kampret saya itu otaknya memang entah ke mana.

Ketika membaca sinopsisnya, saya kebayang ceritanya bakalan datar (cerita tanpa klimaks). Cerita sehari-hari remaja putih abu-abu yang sedang mbribik gebetannya dan merasa keren ketika berani melanggar peraturan sekolah.

Bukan berarti cerita tanpa klimaks itu buruk ya. Karena menurut saya, daya jual sebuah cerita tidak hanya jalan ceritanya. Bisa saja daya jualnya adalah tokoh yang ada dalam cerita tersebut. Kalau dilihat dari sinopsis yang ada di novelnya, daya jual novel Dilan adalah tokoh Dilan yang hobi menggombal.

Itu sebabnya saya selalu berpikir ulang ketika ingin membeli novel Dilan. Coba kalian bayangkan seorang jomblo 5 tahun lamanya membaca novel yang isinya gombalan anak SMA. Ha, bisa-bisa nangis getih. Perih. Bagai pungguk merindukan bulan. Ingin digombali, tapi tidak ada yang menggombali. Tai banget nggak sih? :(

Baca novelnya saja belum jadi, eh filmnya sudah nongol saja. Saat pertama kali diberitakan bahwa Dilan akan dibuat film dan yang memerankannya adalah Iqbal CJR, banyak sekali netizen yang iyik bilang Iqbal CJR nggak cocok memerankan tokoh Dilan. Tampangnya kurang garang dan nackal katanya. Nggak pantes. Tsk. Apa ya Reza Rahadian itu nggak kurang tua untuk menjadi Pak Habibie?

Sekarang giliran filmnya sudah tayang pada bilang nggak tertarik menonton karena nggak suka ceritanya, Dilan-nya terlalu gombal. Nggak jadi membahas aktingnya Dek Iqbal nih?

Banyak alasan. Misqin tidak punya uang untuk membeli tiket bioskop saja kok pada iyik. Bagaimana ini? Tapi, netizen memang bisanya cuma iyik sih.

Kalau saya lihat dari cuplikan filmnya, saya sih pengen ya nonton film Dilan. Pengen nostalgia kisah cinta bersama Mas Mukidi ketika SMA dulu, tapi nggak pengen balikan. Mantan tidak untuk dilupakan ya, bu ibu. Tapi, untuk dijadikan inspirasi tulisan.

Saya sih pada dasarnya nggak anti dengan cowok gombal. Saya justru suka dengan cowok gombal. Bisa bikin halah-ngomong-opo-ta-Mas, tapi ya lucu aja gitu. Gombalan itu seperti bumbu dalam sebuah hubungan, kalau takarannya pas jadi enak, kalau kebanyakan ya eneug.

Tapi, kalau yang menggombali tampangnya lucu seperti Dek Iqbal, mau sebanyak apapun menggombal, sepertinya Dek Mon nggak bakal merasa eneug, uwuwuwuwu. Bukan yang jadi pengen melempar lap teles yang ada di jemuran. #DekMonTimGombalMukiyo

"Jangan rindu. Ini berat. Kau tak akan kuat. Biar aku saja." - Dilan.

"Beratnya rindu bukan apa-apa bagiku. Berteman dengan Arum lebih berat. Kamu tak akan kuat. Bisa sakit otak. Biar aku saja." - Dek Mon.

"Jangan bilang ada yang menyakitimu. Karena besok orang itu akan hilang." - Dilan.

"Lebih baik dia hilang. Daripada besok dia ditulis di Besok Siang." - Dek Mon.

“Jika hujan, aku tak akan memberikanmu jaket, sebab jika aku sakit, siapa yang akan menjagamu.” – Dilan.

“Jika hujan, aku akan pakai jas hujan, bukan jaket.” – Dek Mon.

Suka cowok gombal atau tidak, menurut saya sih itu masalah selera ya. Sama halnya dengan suka Indomie pakai cabai rawit yang banyak atau Indomie polosan, soto campur atau kuah pisah, mie ayam pakai kecap atau nggak, lebih suka Dilan atau Mas Fahri. Hanya masalah selera dan tentunya banyak hal yang bisa mempengaruhi selera tersebut. Tidak ada yang perlu diperdebatkan sampai 7 turunan.

Bagi Dek Mon, Dilan itu seperti Indomie. Baru mencium baunya saja sudah bisa bilang, “Wagelasih ini pasti enak banget!”. Belum nonton Dilan saja sudah bisa bilang, “Nikahi aku, Dilan! Pacaran itu berat. Berat dosanya! Kita menikah muda saja!”

17 komentar:

  1. Ya ampun ngakak aku ka. Selera aku sih yang mirip edward cullen gitu ya. Ganteng, dewasa, kaya, dan keluarganya asik. Tapi itu mah masalah selera. Sama kaya indomie empal gentong yang mantap itu ka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seleraku tetap Indomie Ayam Bawang pakai telur dan pakai cabe sedikit...... dan tidak lupa kecap.

      Hapus
  2. Emang masih muda mbak mon?kok pingin nikah muda ... Ehh 😂😝

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makanya hanya bisa "pengen".
      Okta, kenapa kamu membuatku sedih? :(

      Hapus
  3. Moco iki, pas aku gek wae lekas nulis tentang dilan wkwk.... Sek tak ngrampungke tulisan

    BalasHapus
  4. mbak mon mo nonton bareng gak, aq pengen nonton tp temen kantor cowo-cowo semua dan gak pada mau nonton dilan,, receh katanya,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah, teman-temanmu takut tersaingi ke-uwuwuwuwu-an Dek Iqbal.

      Boleh, yuk!
      DM IG aja yes

      Hapus
  5. “Jika hujan, aku tak akan memberikanmu jaket, sebab jika aku sakit, siapa yang akan menjagamu.” – Dilan.

    “Jika hujan, aku akan pakai jas hujan, bukan jaket.” – Dek Mon.

    "Jika hujan, aku akan mengajakmu mandi hujan, agar kita main basah-basahan dan sakit bersamaan" #eaeaeaeaea - Meikha

    BalasHapus
    Balasan
    1. "Dilan, kamu sama Dek Arum saja. Kalau hujan aku akan mengajakmu berteduh di rumah dan membuatkan teh anget. Tante-tante di atas nggak ada yang bener. Yang satu bukannya ngajak ngeyup malah mau pakai jas hujan. Yang satu lebih parah lagi ngajak sakit." - Dek Arum

      Hapus
    2. "Bersama Dek Arum itu berat. Kamu nggak akan kuat. Naik motor saja masuk angin. Padahal kamu anak motor. Lupakan saja Dek Arum." - Dek Mon.

      Hapus
    3. "Kalau sama kamu mah Dek Arum rela naik motor, Dilan. Nanti kalau kamu mau tawur sama anak sekula sebelah, kupegangi tasmu dan kujagain motormu.." - Dek Arum.

      Hapus
    4. "Baiklah kalau begitu. Sebagai ucapan terima kasih telah menjaga motorku. Ini Rp 1.000,00 untuk Dek Arum." - Dilan.

      Hapus
  6. Wkwkwkwkwkwk bener sih ya soal selera gak ada benar salah pantes tak pantes.
    Dan gela ga sih, akhirnya aku nonton juga film penuh gombal yg udah hapal banget isinya. Persis banget novel nya, gimana gak makin hapal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, kejahatan. Ra ajak2. Wah. Wah. Wah. Wah. Wah.

      Hapus
  7. Anonim1/31/2018

    Kadang suka kecewa sama novel yang dijadikan film..tapi film dilan ini bener2 plek ketiplek tiplek sama novelnya..bikin mbokdhe2 macam eike baper berkelanjutan pengen digombalin jugak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Namanya juga interpretasi tiap orang beda-beda, termasuk dari si pembuat film :))

      Jadi KSBB ya? Kelingan Sing Biyen Biyen.

      Hapus