Di sebuah waktu di abad dua puluh dua di mana tahun kejadian
tidak disebutkan, lantai Khayangan tingkat 7 sedang heboh-hebohnya. Karena apalagi
kalau bukan gara-gara salah satu wanita Bumi yang namanya Sasmita hendak
mengadakan pesta Midodareni di rumahnya. Sasmita akan menikah.
Diceritakan, Sasmita adalah satu dari sekian milyar penduduk bumi yang masih mau melakukan prosesi Midodareni sebelum akad nikah. Di mana-mana, orang kalau mau nikah maunya yang simpel-simpel tapi pestanya cetar membahana sampai menyewa gedung pencakar tanah dengan pemandangan aurora buatan. Tapi tidak dengan Sasmita. Wanita berdarah 30% Indonesia, 20% Cina, 20% Arab, 20% Bule dan 10% sisanya campuran ras lain itu memilih untuk mengadakan prosesi adat Jawa. Katanya, cuma prosesi Jawa yang membolehkan Bidadari turun ke bumi. Sasmita adalah penggemar cerita fantasi Bidadari sejak kecil.
Diceritakan, Sasmita adalah satu dari sekian milyar penduduk bumi yang masih mau melakukan prosesi Midodareni sebelum akad nikah. Di mana-mana, orang kalau mau nikah maunya yang simpel-simpel tapi pestanya cetar membahana sampai menyewa gedung pencakar tanah dengan pemandangan aurora buatan. Tapi tidak dengan Sasmita. Wanita berdarah 30% Indonesia, 20% Cina, 20% Arab, 20% Bule dan 10% sisanya campuran ras lain itu memilih untuk mengadakan prosesi adat Jawa. Katanya, cuma prosesi Jawa yang membolehkan Bidadari turun ke bumi. Sasmita adalah penggemar cerita fantasi Bidadari sejak kecil.
Perkara menurunkan Bidadari untuk ritual Midodareni bukanlah
hal susah untuk warga Khayangan tempat Dewa-Dewi, Ibu Peri, Bundadari, dan
Bidadari berada. Mereka punya stok Bidadari banyak. Bahkan kalau seluruh wanita
Bumi menikah sepuluh kali pun cadangan Bidadari di Khayangan tidak akan pernah
habis. Apalagi konon, ketika seorang Bidadari didaulat untuk menemani proses
ritual Midodareni, kecantikannya akan bertambah sepuluh kali lipat. Dan pula,
Bidadari itu berhak untuk memilih Bidadara manapun yang dia mau untuk dijadikan
kekasih. Untuk itu, proses Midodareni selalu menjadi momen penting untuk bahan
perbincangan dan incaran profesi para Bidadari di Khayangan.
Jaman dahulu, hampir semua wanita yang hendak menikah
melakukan prosesi Midodareni. Tapi tahun demi tahun, dasawarsa demi dasawarsa, abad
demi abad, makin sedikit wanita yang mau melakukan prosesi itu. Boro-boro
Midodareni, mendapatkan lelaki serius yang mau dinikahi saja susahnya minta
ampyun. Kalaupun sudah dapat jodoh, bisa juga si pasangan itu tidak mau prosesi
yang repot-repot. Kalau bisa malah setengah jam saja ijab Kabul menghadap
pemuka agama, sumpah setia, kemudian kabur ke resepsi yang megah membahana.
Urusan rumah tangga bahagia atau cerai, pikirin nanti. Toh sudah ada di kitab
perjanjian pranikah. Pokoknya party dulu yang megah.
Jaman dulu pulalah Bidadari-Bidadari Khayangan selalu muda
dan cantik-cantik. Mereka tidak pernah membutuhkan krim anti aging untuk
menunda keriputnya. Bahkan, berslendang beterbangan sambil berdecak gurau di
bawah matahari tanpa memakai sunblock mereka tidak takut kulit menjadi sunburn.
Mau dijemur berjam-jam, kulit Bidadari-Bidadari itu tetap berkilau kuning
keperakan. Wajah mereka juga tetap bersih dan mulus dari bermacam jerawat dan
noda hitam.
Kalau ada wanita Bumi yang hendak Midodareni, mereka lebih
mendahulukan Bidadari yang matanya sudah berkeruh untuk turun ke Bumi. Mereka
tidak pernah berselisih, mereka tetap adil, cantik satu cantik semua. Dunia
Khayangan aman tenteram dan damai.
Keadaan berubah semenjak abad 21, di mana energi kecantikan
para Bidadari itu perlahan memudar. Habis gimana, makin ke sini makin sedikit
wanita yang Midodareni. Saat ini, sudah sedikit sekali terlihat Bidadari sedang
bersayap selendang warna-warni beterbangan di sela-sela awan. Mereka pada takut
dengan matahari. Kulit Bidadari-Bidadari itu juga mulai kusam kehilangan
kesegaran mudanya.
Krim anti aging dan sunblock laku keras di kalangan Bidadari.
Dari mana lagi mereka peroleh kalau bukan dari Bumi. Kadang satu orang Bidadari
yang kalah arisan turun ke Bumi memborong berbagai macam krim-krim kecantikan
di salon-salon aesthetic yang menjamur di Bumi. Sekali borong, mereka dapat
membawa satu lusin dus berisi krim malam yang katanya mengandung Treti apaitu
untuk menghilangkan keriput di wajah-wajah Bidadari penduduk Khayangan. Sekali
dua mereka juga sering menjumpai MUA yang berbelanja kosmetik untuk mantenan.
“Mbak BA, saya mau eyelinernya.” kata seorang Ibu-Ibu MUA.
“Baik Bu, mau merk apa, untuk merias siapa?” Tanya BA yang
ramah.
“Oh, itu, untuk merias Roro, putrinya Bapak Edward. Katanya
mau menikah minggu depan.”
“Tidak sekalian pidihnya, Bu?” Tanya si BA sambil menunjuk
sekumpulan krim-krim berwarna hijau dan hitam di rak paling bawah. Kalau
dilihat sekilas, sepertinya krim-krim itu sudah hampir lapuk.
“Ah, tidak. Jeng Roro tidak kepingin rias yang macem-macem.”
Seorang Bidadari bernama Supraba yang hari itu kebagian
membeli dus krim malam tidak sengaja mencuri dengar. “Tidak memakai pidih?
Berati tidak memakai Paes? Berati tidak Midodareni? Sial, satu peluang awet
muda berkurang satu,” kata Supraba dalam hati.
Hari itu, Supraba pulang ke Khayangan membawa tiga dus krim
malam yang mengandung Treti apaitu dan lima dus sunblock. Jangan Tanya
bagaimana Supraba menggotongnya ke Khayangan. Meski saat itu sudah abad 22,
para Bidadari tetap mempunyai kemampuan untuk terbang dan membawa apapun dengan
mudah.
“Huh, kenapa tidak ada toko online krim malam yang memberikan
fasilitas antar ke Khayangan via JNE ya?” Keluh salah satu Bidadari yang
bernama Huurin Lin pada suatu hari.
“Ya ndak bisa begitu, nanti identitas kita sebagai Bidadari
ketahuan. Lagian mana ada pesawat bisa mencapai Khayangan tingkat tujuh," ujar
Menaka, temannya.
“Siapa yang bakal menebak kita ini Bidadari, Wong kulitnya
sudah mulai penuaan dini begini,” ujar Pohaci menimpali.
“Sudah, sudah, selama ada salah satu dari kita yang mau turun
ke Bumi membeli krim-krim ini, kita tidak perlu repot-repot mengeluh. Teknologi
manusia Bumi itu sudah modern. Katanya mereka sudah bisa membuat krim ini
membikin kulit jadi tambah cerah, tidak keriput,” kata Shakuntala, seorang
Bidadari yang sudah dianggap paling senior.
Begitulah kegiatan percakapan mereka di mayoritas waktu
senggang. Percakapan semacam itu sudah sangat seringnya hingga pada suatu hari datanglah
gosip si Sasmita itu. Mereka saling melempar keinginan untuk mewakili bidadari
yang ingin menunda ketuaannya. Siapa sih, yang tidak mau muda kembali? Siapa
yang tidak mau keriputnya hilang ditelan bumi? Di mana-mana, Bidadari
membicangkan Sasmita itu, bagaimana rupanya, siapa MUAnya, dan lain sebagainya.
Negeri Khayangan seperti mendapat durian runtuh, akhirnya ada juga wanita Bumi
yang hendak Midodareni.
Bidadari-Bidadari itu tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.
Mereka saling bersaing dan berlomba agar menjadi Bidadari yang terpilih untuk
menemani Sasmita di malam keramat itu.
Hingga tiba saatnya tiga hari menjelang malam Midodareni,
Sasmita mengalami kejang-kejang sakit. Calon suami dan seluruh anggota
keluarganya panik bukan buatan. Kepanikan itu pun merajah hingga ranah
Khayangan. Bidadari-Bidadari ikut panik. Dewa-Dewi juga tidak tahu apa
sebabnya.
Karena Sasmita tidak kunjung sadar selama dua kali dua puluh
empat jam, Bidadari-Bidadari itu mengadakan rapat paripurna di gedung MPB,
Majelis Permusyawaratan Bidadari. Pokoknya bagaimanapun caranya, Sasmita tetap
harus melakukan prosesi Midodareni. Dapat dibayangkan, suasana ruangan rapat
MPB itu tidak bakal ditemui pejabat korup yang sedang ngorok, tapi
bertebaranlah di sana Bidadari-Bidadari dengan mahkota berkilauan dan selendang
berwarna-warni pelangi. Ada yang berrambut pirang, hitam, burgundy, cokelat,
dan ashy. Beberapa di antaranya melakukan bleaching di salon Dewi Aphrodite.
Tapi tetap saja, kulit mereka lebih keriput dibanding beberapa dasawarsa lalu.
“Jadi bagaimana misi kita?” Kata Nawangwulan membuka
pendapat.
“Kita bagi tugas saja” Usul Kaguya, Bidadari dengan kulit
cerah seperti Bulan. Sama cerahnya dengan Nawangwulan. Hanya lebih sipit
sedikit matanya.
“Jadi begini, Kamu, Maharsi, tugasmu melobi Dewa Shiva untuk
menunda kematian Sasmita. Kamu, Uma, tugasmu memohon pada Dewi Kwan Im agar mau meminjami daun ajaib untuk menyembuhkan Sasmita. Tillotama, siapkan sepasukan
kuda dan keretanya untuk membawa kita semua ke Bumi –jangan protes kenapa kita
semua harus turun ke Bumi-. Urwasi, kamu belajarlah pada Dewi Aphrodite
cara-cara merias pengantin. Kamu, Ulupi, siapkan gending gamelan terbaik. Supraba, kerahkan seluruh anak buah kamu
untuk menari di pesta Sasmita. Lainnya termasuk saya, siapkan diri menjadi
pager ayu." kata Shakuntala panjang lebar membagi-bagi tugas.
“Semuanya jelas?” Tambah Shakuntala.
“Jelas, Bundadari.”
“Baik. Tunggu apa lagi? Segera laksanakan.”
“Siap, Bundadari!” Ujar Bidadari-Bidadari itu serempak.
Dan akhirnya, karena kekompakan mereka itulah, Sasmita
berhasil menjadi seorang wanita yang siap menjalani prosesi Midodareni.
Semuanya sudah siap. Kendaraan berkereta kuda kencana sudah disiapkan Tillotama
dan Kaguya. Nawangwulan dan Maharsi pun sudah siap dengan kostum tarinya.
Sasmita sudah berpaes ayu sekali. Pidihnya berwarna hitam hasil resep Dewi
Athena. Sirih di bagian tengah kedua matanya dimanterai khusus oleh Dewi
Sarasvati agar si pemakainya memiliki aura kecerdasan yang luar biasa. Gamelan
sudah siap ditabuh untuk menggending Kebo Giro dengan Ulupi sebagai
sindennya.Si pager ayu, Huurin Lin, Menaka dan Pohaci sudah bersolek dengan
sanggulnya masing-masing.
Bidadari-Bidadari yang menyaru menjadi manusia itu sudah
sangat cantik sekali. Keriput-keriput mereka mendadak hilang. Mereka saling
berpandangan satu sama lain dengan kekaguman dan keheranan.
Tiba-tiba Bundadari Mereka, Shakuntala berteriak, “ada berita buruk
teman-teman! Kita belum menyiapkan Bidadari yang bertugas menemani Sasmita di
malam Midodareni!”
Untuk Jeng Sekararum. Semoga pernikahannya bahagia lahir
batin.
Andhika Lady Maharsi
Keterangan : Kecuali Maharsi, semua nama Bidadari yang
disebutkan dapat dicari di halaman Wikipedia.
Hahahahaa aku ngakak bacanya mbak dik xD jadi bidadari itu pake krim malem dan sunbloK toh? Waaaah kalo aja bisa dikirim via JNE pasti enak. ongkir ke kahyangam mahal gak ya? :D
BalasHapusHmmm.. ternyata ini dibuat pas masa2 nya mbak Arum mau nikah toh ^^
tulisandarihatikecilku.blogspot.co.id