![]() |
sumber: krjogja.com |
Pun saya sendiri, dulunya pernah tinggal di Jogja. Dan kebetulan lingkungan pergaulan dan pekerjaan saya ketika dulu di Jogja, bukan tipikal orang-orang "Jogja banget" seperti yang akan saya bahas kali ini. Nggak tau deh kenapa pas saya kembali ke kota ini kok saya malah ketemu sama manusia-manusia (( BEGITUAN )).
Tapi, bukankah wagu bila judul post ini "Bukan Jakarta Banget"?
1. "Habis Maghrib."
Pas awal-awal saya di sini, dan diajakin Momon ketemuan sama blogger-blogger Jogja, sebenarnya Momon sudah pernah bercerita mengenai kebiasaan orang Jogja yang suka mengganti petunjuk waktu dari angka jam dengan waktu sholat.
"Nanti kita jadi ketemuan di Warung Kopi?"
"Ya boleh, lah."
"Jam berapa?"
"Ya habis Maghrib, lah."
"Jam berapa itu?"
"Ya habis Maghrib!"
"Jam setengah tujuh, begitu?"
"Yaaa jam tujuh-an, lah."
"Okeeee."
Pas Momon bercerita mengenai hal ini, saya cuma ngekek-ngekek saja. Kuapokmu, Mon. Tapi pada akhirnya, saya mengalami juga kejadian seperti di atas. Dan yang lebih nggatheli, pertemuan yang saya lakukan ini adalah sebuah urusan bisnis. Iya, ketemu teman sih, tapi urusannya bisnis.
Dan tentu saja pasti kalian pun sudah bisa menduga. Saya datang tepat jam tujuh, dan tueman saya tersebut duatang jam duelapan kurang.
HUABIS MUAGHRIB! YHUA!
2. "Sampai Selokan."
Selokan yang akan saya bicarakan ini adalah Selokan Mataram. Bagi yang belum tahu, Selokan Mataram ini adalah sebuah saluran air buatan, yang ukurannya nggak kecil-kecil amat dan nggak gede-gede amat, yang terletak di kota Jogja. Selokan Mataram ini seolah-olah memang melintasi kota Jogja dari ujung ke ujung. Duowuuuuu biyanget (Puanjang suekali)!
Selokan bagi orang Jogja, popularitasnya jauuuhh melebihi Monas bagi orang Jakarta. Orang Jogja itu sering sekali menyebut Selokan. Apa-apa Selokan. Sementara orang Jakarta jarang menyebut Monas dalam percakapan sehari-hari.
Contohnya begini:
"Aku sudah di lokasi. Kamu sampai di mana?"
"Sampai Selokan!"
"Selokan mana?"
"Ya Selokan Mataram, Coeq!"
"YHA SELOKAN MATARAM KUWI DOWU, COEQ!"
Atau contoh kasus lain.
"Jam enam aku berangkat dari kos-kosanku, ya."
"Kosmu daerah mana memangnya? Agar aku bisa memperkirakan waktu."
"Dekat Selokan."
"....."
Dan percayalah, saya sudah beberapa kali mengalami hal ini, dengan orang yang berbeda-beda. Bahkan bojo saya sendiri tampaknya sudah mulai ter-influence dengan kebiasaan ini. Beberapa kali ketika kami pergi, dia ditelpon dan ditanya sampai mana, jawabnya: "sampai Selokan." Bad Influence by Selokan Mataram.
3. "Aku gampang."
Sering melihat meme atau jokes receh soal cewek yang kalau ditanya mau makan apa/ dimana, jawabannya adalah: "Terserah"? Nah, di Jogja, saya menghadapi buanyak orang-orang seperti itu. Sepertinya, teman saya di Jogja yang cukup berperikemanusiaan untuk nggak bilang "terserah" kalau janjian sama saya adalah Momon. Saya akui untuk yang satu ini dia tidak koplo. Dia cukup tahu bahwa saya masih beradaptasi dengan kota Jogja yang sudah cukup banyak berubah. Jadi yha, ra mang nambah-nambahi ruwet dengan menyuruh saya memilih tempat, di kota yang saya belum kenal betul. Joss!
Tapi dengan orang-orang Jogja lainnya, saya sering dihadapkan dengan situasi seperti ini. Cuma kata-katanya bukan "Terserah." Melainkan: "Aku manut." Atau "Aku gampang."
"Jadi ketemu di mana kita? Sekalian makan malam, bagaimana?"
"Ya boleh, lah."
"Di mana?"
"Aku manut."
"Yha kamu sedang ingin makan apa?"
"Aku gampang."
"Ada rekomendasi? Aku kan nggak tahu tempat-tempat makan baru di Jogja."
"Aku manut."
"Ya sudah kita makan di SS Monjali saja ya."
"Males ah pelayanannya lama."
"Oke, ke bakso lombok uleg, yha!"
"Aku kan nggak makan daging."
"Yha lalu kamu mau makan apa?"
"Aku gampang."
"Boleh nanti ketika kita akhirnya bisa bertemu, aku tampar mulut kamu dengan sendal japit?"
Begitu. Dan hal seperti itu cukup sering terjadi. Jadi jangan kaget bila ada kesempatan kita janjian, kamu melongok bagasi motor saya, dan kamu melihat sepasang sandal japit buluk di sana.
Itu untuk mulutmu.
Sudah, ya. Tiga saja dulu. Nanti kalau ada yang baru, saya akan tuliskan di Jogja Banget sesi dua. Yang perlu diingat, tentu tidak semua orang Jogja seperti ini. Cukup banyak kok yang gesit, lincah, dan paham menghargai waktu. Saya sendiri sih buahagia biyanget bisa kembali tinggal di Jogja lagi.
Kalau kamu, tipe orang yang "habis Maghrib", "sampai Selokan", atau "aku gampang"?
Tempat tinggalku dulu di Jambi bukan cuma "habis magrib".
BalasHapusKetemuan mau jogging "abis subuh"
Kalo ketemuan buat kondangan bareng "abis zuhur"
Ketemuan mau ke nongkrong "abis ashar"
Ketemuan di weekdays selalu 'abis magrib"
Dan ketemuan kl pengen ngebakso "abis isya"
Yha sama. Di sini juga begitu. Dan lumayan PR mengingat-ingat jam-jamnya buat aku yang tyda pernah sholat ^^
HapusMenurutku yg jogja banget itu kalo nanya jalan dijawabnya, 'ooo sebelah timurnya anuuu' 'ooo di sebelah selatan ituuu' zzz pls deh pak, sebagai org yg taunya cm kiri kanan depan belakang, aku tu ga bisa diginiin
BalasHapusWeh salah itu. Mendingan Timurnya anu. Biasanya "Kidule anu". Tambah mumeeettt :D
HapusYang bagian "aku gampang" itu bikin sebel. Pernah ajakin temen makan soto di daerah taman sari. Dia manut2 aja, pas smp tempat dia diem. Pas di rumah, marah2. Ndak suka menu nya (lha dalah..) sungguh aku ingin meninjumu wahai teman #hufft
BalasHapusMau aku pinjami sandal japit?
Hapusitulah kenapa jawaban aku manut/aku gampang/ terserah lebih aman setidaknya kalo salah pilih tidak di rasani atau dimarahin
Hapusgegara mbaca ini aku ajdi ingin makan telor gobal gabul + sambel belut SS. yhua!
BalasHapusJoss yhua!
HapusSayang SS sekarang marai emosi. Pelayanannya luama. Minum doang aja nunggu sejam.
Di ss yang tenda pinggir jalan kaliurang gsp aja mbak arum, gk lama banget, tapi ya itu kalau yg gk sok risih makan pinggir jalan mungkin bakal mikir2
HapusNggak risiihh. Malah kuangen. Dulu buanyak lho resto tenda pinggiran begitu. Sepanjang jalan Gejayan itu resto tenda dulunya. Anak sekarang mah makannya di cafe, makanya warung tenda mulau tergeser ^^
HapusUntung ss solo pelayanannya masih serba kilat.pindah solo aja mbak arum ��
HapusTim #NgopiTiapPekan lebih sering janjian Habis Maghrib atau Habis Isya, Kak.
BalasHapusWalau realitanya tar Ada yg Datang jam 7 Ada juga yang jam 9 baru Datang.
Kalau keperluannya huanya main dan ruame-ruame tidak masalah, dek Aqied. Kalau memang ada keperluan khusus dan hanya kencan berdua itu aku merasa seperti enthung harus menunggu sendirian sementara sebenarnya aku bisa asah-asah atau memandikan kucing dulu di rumah.
HapusAku ngakak ��
BalasHapusMakasih hiburannya
Kamu mudah sekali bahagia.
HapusTambahin arah mata angin aebagai petunjuk jalan. Mau nangis aku, nanya jalan dikasi ancer sebelah timur JEC, selatannya mirota. Barat timur aja aku ga tau di mana 😂😂😂😂
BalasHapusTerus yg tak perhatiin, orang jogja jarang nyebut nama jalan.
Oh tidaaa. Bukan timur, kak. Tapi kulon kidul ngalor wetan. Tambah mumet ndak?
HapusYhua ini betul. Seakan tidak ada yang tahu nama jalan kecuali mas-mas JNE.
Haha iya maksudnya itu kulon wetan dkk nya.. bagus sekarang udah jaman android tinggal buta maps 😁😁
HapusNama blog ini juga aneh. "Besok Siang". Siang jam berapa? :(
BalasHapusHabis dzhuhur yha jam 2an lah kira2 mbak mon
HapusJadi, blog ini mau ganti nama jadi "Habis Dzuhur", begitu?
HapusYa, boleh. Tapi takut menjerumuskan rangorang yang memang ingin belajar sholat.
HapusBAR MBEDHUG JA LAH
Hapus#timakugampang padahal paling pemilih bgt apalagi makanan tp sering ngomong begitu
BalasHapusHati-hati nanti kamu kena keplak sendal
HapusHahahaha jujur aku tipe yang 'aku gampang' kalo baru ketemu. Tapi kalo udah kenal mah... mau makan beda 2 kota juga harus dicari. Orang jogja itu kesannya lembut dan ramah, iyakah?
BalasHapusWah ingatkan aku untuk membawa sendal bila kita ada kesempatan bertemu ya.
HapusTidak juga. Orang jogja itu ramah dan suka merendah. Yang lembut orang solo.
Kalo kita dsni selain habis waktu jadwal sholat jg di tambah; kalo udah ga panas atau kalo ga hujan/gerimis.
BalasHapusAku ngakak abis baca point 2 yg selokan ada Awkarin..
Bhihihihihik
Besok2 tak bawa sendal buat gamparin orang yg jawabannya serah & manut tapi kontra sekali..
#terinspirasi
Plus, besok siang/malam/pagi/sore kok ndak masuk poin, mbak?
Hmmm...
Hhhmmmm...
Hhhmm...
OIYA BENAR SEKALI!!!
Hapus- Besok jadi ketemuan kan?
+ Jadi dong, KALAU NGGAK HUJAN.
WAH AKU SERING MENGALAMI!!!
Hapus"Berangkat sekarang?"
"Nanti saja"
"Jam berapa?"
"Ya nunggu nggak begitu panas dulu lah!"
BOJOKU SERING BEGITU PADAHAL PERGINYA JUGA NAIK MOBIL NGGAK KEPANASEN LHO! Kesalnya itu nggak bisa diprediksi waktunya. Nanti aku umbah-umbah dulu eh jebulnya belum selesai tetiba udah nggak panas dan dia ngajak jalan. Mau ngelangut seperti enthung juga kok tyda faedah. Sedih sekali.
Itu soal "Habis Maghrib" aku pernah nanya mamaku smp keluar pasti jam berapa ��
BalasHapus"Habis maghrib nanti ya mbak..."
"Jam berapa? Jam 6 nggak kecepeten?"
"Jam 7an.."
"Itu habis Isya."
*lalu sangu didiskon separuh* ��
Karena Mama selalu benar.
HapusKamu naq kecil diam saja.
Hello MBa Arum, salam kenal dari Bali..
BalasHapusAku lg di kantor, bc ini tetiba ngakak soal Selokan..
Oh ya bener Jogja ngangenin, ak baru dr sana 28-30 April lalu.
Belom puas intinya.. so bakal balik lagi deh..
Selamat kembali ke JOG ya mba
Salam kenal ;)
HapusBali kota favoritku setelah jogja :D
Ayok kembali
hiburan pagi (karena pagi butuh bahagia)
BalasHapusAku lho yo iyo mbak arum, mbohlah mbak,, yo ngene iki hahaha
Wah, kamu mengiyakan yang mana? Sampai selokan atau habis mahgrib? Lebih baik jangan Aku Gampang karena besar resiko terkeplak sendal.
HapusDari 3 Jogja Banget ini menurutku yg Jogja banget adalah yg ke 2 dan ke 3. WKWK. Aku yo nek saiki nek ditakoni karo rekan kerja mesti jawabe 'manut' tapi cen manut tenan. Bukan sepertyi cewe remvong jadi sy tidak perlu sendla jepit.
BalasHapusWah, kalau aku sekarang kalau dijawab manut, mau beneran atau pura-pura manut, tetep tapuk sek!
HapusNo 1 & 3 di surabaya juga samaaaa....
BalasHapus"Jam berapa bezoek?"
"Ba'da (habis) Isya'"
Secara aku gak shalat jadi yo gak weruh Isya' jam berapa ....
Me: suami..mo makan apa?
BalasHapusHim: terserah. Manut
Me: ga ada warung yg jual terserah ma ikan (lauk) manut