Cangkeman VS Nyinyir


Kenapa penulis Besok Siang senang sekali cangkeman? Blog yang dulunya dikonsep untuk menulis fiksi semacam Mbak Nurani dan Dek Lastri, kini berubah menjadi sebuah blog yang mayoritas isinya adalah cangkeman. Ya, karena cangkeman itu nikmat, bosque! Tapi, maaf. Cangkeman di Besok Siang berbeda dari cangkeman yang lain. Cangkeman di Besok Siang adalah cangkeman yang elegan.

Arti cangkeman menurut KBBI:
Cangkeman di bahasa Indonesia artinya banyak omong atau omong kosong.

Jadi, se-elegan apapun cangkeman Besok Siang tetap saja ujung-ujungnya adalah OMONG KOSONG. Sama omong kosongnya dengan lap teles Dilan. Omong kosong sih, tapi nagih kan? Kan? KAN?

Ada kata yang lebih populer dari cangkeman, yaitu nyinyir. Cangkeman berbeda dengan nyinyir.

Arti nyinyir menurut KBBI:
Mengulang-ulang perintah atau permintaan; nyenyeh; cerewet.

Itulah kenapa kami, memilih istilah “cangkeman”. Karena walaupun kami penuh omong kosong, tapi kami tidak cerewet, cerewetnya di dunia nyata saja sih. Tapi ya, disadari atau tidak, kita semua pasti pernah nyinyir kok walaupun nggak langsung nyinyir ke orang yang dinyinyiri #ihik. Semacam Dek Arum itu. Nyinyiri Mukidi, tapi malah nyinyirnya ke Dek Mon.

Masing-masing kalangan masyarakat memiliki topik nyinyiran yang berbeda-beda. Nyinyiran bisa datang dari kalangan yang sama maupun kalangan yang lain.

1. Di kalangan bunda

Saya pernah diberi kesempatan oleh salah satu teman saya untuk membaca grup Whatsapp yang isinya para bunda. Tidak semua bunda di dalam grup tersebut pernah bertemu. Saya juga agak lupa bagaimana mereka dipersatukan ke dalam grup tersebut. WAGELASIH isinya sungguh seru! Menurut saya sih seru karena saya tidak dalam grup tersebut dan saya bukan bunda, ehehehehe.

Ada saja yang diperdebatkan, mulai dari cara melahirkan sampai dengan memilih dokter anak.

“Istri itu bagusnya jadi ibu rumah tangga saja; asah-asah, umbah-umbah, ngrajangi brambang, ngurus anak.” 

“Kok melahirkannya sesar?”

“Kok anaknya dikasih susu formula?”

“Kok anaknya disekolahin di sekolah A? Kan lebih bagus sekolah B.”

“Kok anaknya dibawa ke dokter yang masih muda begitu. Mbok cari yang sudah profesor.”

Ingin keluar dari grup Whatsapp tersebut? Pikir dua kali. Setiap ada yang keluar, pasti akan dimasukkan lagi. Luar biasa posesif para bunda ini.

2. Di kalangan pasangan muda yang belum memiliki anak

Kakak saya termasuk di dalam kalangan ini, pasangan muda yang belum memiliki anak. Kakak saya ini nggak menetap di Yogyakarta walaupun setiap weekend selalu pulang ke Yogyakarta untuk cihuy dengan istrinya. Karena hal tersebut, Kakak saya jarang srawung dengan keluarga dan kerabat yang ada yang di Yogyakarta, maka mereka nyinyirnya ke............ SAYA.

“Mas-mu apa kabar? Istrinya sudah hamil?”

“Nikahnya kapan sih? Lupa. Kok belum hamil ya, istrinya? Ya, sudah. Pelan-pelan aja.”

“Oh, LDR. Pulangnya Sabtu dan Minggu saja tah? Memang sih kalau gitu susah.”

Saya sih biasanya hanya menjawab dengan, “Ya, doakan saja yang terbaik.” Tapi, kalau mood saya sedang jelek, saya hanya menjawab, “HA-HA.” Tertawa ngambang, kemudian pura-pura mainan handphone. Sejauh ini, trik ini yang paling ampuh walaupun mungkin saya terlihat tai sekali.

Itu baru masalah kakak saya. Belum masalah Arum yang juga merupakan pasangan muda walaupun sudah tidak muda lagi yang belum memiliki anak. Yang nyinyiri Arum ke saya JUGA ADA.

“Arum udah hamil belum sih?”

“Suaminya kerja di mana? LDR ya? Kok belum hamil?”

“Arum emang nggak pengen punya anak ya, Mon?”

"Tapi udah usaha kan?"

BODO AMAT.

3. Di kalangan jomblo

Nggak perlu diperjelas lagi kan ya, kalau Dek Mon masuk ke dalam kalangan ini? Sebagai jomblo profesional, tentu saja Dek Mon sudah punya jurus jitu ketika ada orang yang nyinyir "pacarnya mana?" Jurus jitu saya sama seperti saya menjawab ketika ditanya perihal kehidupan pernikahan kakak saya.

Tukang nyinyir: Pacarnya mana?
Dek Mon: HA-HA.
Tukang nyinyir: Loh, kok malah ketawa. Cepetan cari pacar.
Dek Mon: HA-HA.
Tukang nyinyir: Kamu ini asyik cari duit sih, jangan lupa cari pacar.
Dek Mon: HA-HA.
Tukang nyinyir: Kamu ini kok ketawa terus.
Dek Mon: HA-HA.
Tukang nyinyir: Gila ya?
Dek Mon: HA-HA *kemudian pura-pura kesurupan*

Wahai jomblowan dan jomblowati, jangan sampai orang-orang nyinyir tersebut membuat kalian stres. Tapi, buatlah mereka agar stres dengan kalian. HA-HA.

Beberapa waktu yang lalu, sempat heboh berita tentang seorang laki-laki yang membunuh tetangganya karena tetangganya itu sering bertanya, “Kapan nikah?” Terdengar lucu karena membunuh dengan alasan yang sangat remeh. Karena itu, berita ini cukup ramai dibicarakan oleh netizen. Banyak sekali yang sharing berita tersebut di social media disertai dengan kalimat semacam "makanya jangan nyinyir ya, Bund". Seolah-olah dengan adanya berita tersebut para korban orang nyinyir yang sakit hatinya merasa disuarakan kekesalannya, "Kesel dinyinyiri terus akutuuuh.."

Padahal pembunuhan tetap saja kejahatan. Lebih jahat dari orang nyinyir. Ini sama halnya dengan kasus perkosaan, tapi yang dikomentari malah korbannya, “Pakai baju yang terbuka sih! Kucing dikasih ikan teri ya, jelas mau!” Perkosaan tetap saja kejahatan, tidak ada pembenaran yang bisa dibenarkan.

Terima saja kalau orang nyinyir itu akan selalu ada. Bukannya saya membenarkan orang nyinyir, tapi kita tetap tidak bisa memiliki kontol, eh kontrol penuh terhadap cangkem orang. Nah, daripada nyinyir balik menghabiskan tenaga, lebih baik cangkeman! Cangkeman bisa dikirim ke email blogbesoksiang@gmail.com.

6 komentar:

  1. selalu senang baca postingan unfaedah di sini hahahaaaa bikin saya senyum2 sendiri kalau baca :)

    BalasHapus
  2. Bikin blog kok unfaedah begini. Tyda mendidik #nyinyir

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komen kok unfaedah. Apakah kamu ingin aku block?

      Hapus
  3. Ya ampun bun, daripada nulis unfaedah mending umbah-umbah *mencoba nyinyir*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yawla, Dek Erny. Daripada nyinyir unfaedah mending ngumbahi baju2 Dek Mon #macakmajikan

      Hapus