Ada satu pekerjaan yang akhir-akhir ini cukup beken dan digandrungi oleh netizen, mulai dari netizen yang masih ingusan sampai dengan netizen yang sudah menjadi bunda. Profesi yang walaupun nggak ada bayarannya, tapi tetap saja "asyik" untuk ditekuni. Pokoknya lebih "asyik" dari mendengarkan presentasi kapal pesiarnya para penggiat MLM deh!
Yaitu polisi moral.
Apa menariknya menjadi polisi moral?
We'e'e'e... jangan menyepelekan polisi moral. Pekerjaan ini sungguh berfaedah bagi kalian yang hanya mengisi waktu luang dengan plonga-plongo kayak kebo. Jadi, misal ditanya, "Kamu biasanya ngapain di waktu luang?" daripada jawab, "Plonga-plongo kayak kebo." mending jawab, "Menjadi polisi moral."
Lebih mentereng dan misterius bukan?
Polisi moral berbeda dengan blogger yang ketika ada penawaran dari calon sponsor langsung bilang, "Saya ada rate card." Cih, blogger kok itung-itungan. Ha mbok contoh polisi moral. Polisi moral itu nggak dibayar, tanpa tanda jasa. Namanya saja polisi moral, ya jelas bermoral. Orang yang bermoral itu nggak mata duitan. Paham?
Dek Mon saja sempat tertarik untuk hijrah menjadi polisi moral. Tapi, akhirnya Dek Mon lebih memilih untuk istiqomah mengisi waktu luang dengan menulis di Besok Siang. Penulis Besok Siang sama bermoral-nya dengan polisi moral karena sama-sama tanpa tanda jasa, nggak mata duitan, hanya mementingkan keunfaedahan. Lagian Dek Arum itu posesif banget! Dek Mon nggak boleh nyambi-nyambi gitu. Pidihil jidi pilisi miril iti inik bingit.
Gimana nggak enak? Untuk menjadi polisi moral, nggak perlu ijazah S1 apalagi S2, nggak perlu sertifikat keahlian tertentu, nggak perlu pengalaman organisasi A B C, nggak perlu "orang dalam" pula untuk bisa menjadi polisi moral. Modalnya simple banget, pokoknya masih lebih ribet aturan cicilan kompor gas.
Gimana? Tertarik?
Yaitu polisi moral.
sumber: https://nl.aliexpress.com |
We'e'e'e... jangan menyepelekan polisi moral. Pekerjaan ini sungguh berfaedah bagi kalian yang hanya mengisi waktu luang dengan plonga-plongo kayak kebo. Jadi, misal ditanya, "Kamu biasanya ngapain di waktu luang?" daripada jawab, "Plonga-plongo kayak kebo." mending jawab, "Menjadi polisi moral."
Lebih mentereng dan misterius bukan?
Polisi moral berbeda dengan blogger yang ketika ada penawaran dari calon sponsor langsung bilang, "Saya ada rate card." Cih, blogger kok itung-itungan. Ha mbok contoh polisi moral. Polisi moral itu nggak dibayar, tanpa tanda jasa. Namanya saja polisi moral, ya jelas bermoral. Orang yang bermoral itu nggak mata duitan. Paham?
Dek Mon saja sempat tertarik untuk hijrah menjadi polisi moral. Tapi, akhirnya Dek Mon lebih memilih untuk istiqomah mengisi waktu luang dengan menulis di Besok Siang. Penulis Besok Siang sama bermoral-nya dengan polisi moral karena sama-sama tanpa tanda jasa, nggak mata duitan, hanya mementingkan keunfaedahan. Lagian Dek Arum itu posesif banget! Dek Mon nggak boleh nyambi-nyambi gitu. Pidihil jidi pilisi miril iti inik bingit.
Gimana nggak enak? Untuk menjadi polisi moral, nggak perlu ijazah S1 apalagi S2, nggak perlu sertifikat keahlian tertentu, nggak perlu pengalaman organisasi A B C, nggak perlu "orang dalam" pula untuk bisa menjadi polisi moral. Modalnya simple banget, pokoknya masih lebih ribet aturan cicilan kompor gas.
Gimana? Tertarik?
Bagi kalian yang tertarik untuk menjadi polisi moral, Dek Mon punya tips-nya. Walaupun impian Dek Mon untuk menjadi polisi moral telah sirna, Dek Mon tetap bisa cangkeman memberikan tips agar kalian bisa menjadi polisi moral yang baik dan benar. Sakti ta? Lah wong memang Dek Mon ini bisanya cuma cangkeman sama enaena.
sumber: https://memegenerator.net |
Yang pertama, kalian harus punya gadget, boleh laptop maupun smartphone. Dek Mon tahu kok walaupun penulis Besok Siang suka kemewahan, banyak pembaca Besok Siang yang rakyat jelata dan memiliki budget yang terbatas. Jadi, Dek Mon sarankan pilih smartphone saja sebagai modal. Zaman sekarang, harga smartphone sama harga sepatu Converse masih mahalan sepatu Converse. Don't poor people difficult 👉👌
Yang kedua, install social media macam Instagram, Facebook, ataupun Youtube. Aplikasinya free, tinggal download di Play Store, jadi nggak perlu cari application crack di Google ataupun ke babang penjual CD aplikasi bajakan. Saya tahu kok kalau rakyat jelata tidak mampu membeli aplikasi berbayar. Don't poor people difficult 👉👌
Yang ketiga, beli paket data dengan kuota yang paling maksimal. Nggak susah kan ya untuk beli paket data? Saya yakin kalau kalian lebih memilih nggak bisa makan dibandingkan nggak bisa beli kuota. Lagian makan nasi kecap tambah kerupuk juga sudah mewah. Sekali lagi, don't poor people difficult 👉👌
Yang keempat, siapkan jari kalian untuk berselantjar di social media. Kalau perlu, senam jari dulu, biar lemesh, shaaaay.. Jangan lupa meni-pedi dan kutekan dulu sehingga scrolling makin asyik dan menggairahkan. Tapi, yang bisa membuat Dek Mon bergairah tetap hanya kamu seorang kok, Mas Mukidi. Tenang, jangan khawatir and stay ngaceng. Okhe, Mz?
Yang keempat, siapkan jari kalian untuk berselantjar di social media. Kalau perlu, senam jari dulu, biar lemesh, shaaaay.. Jangan lupa meni-pedi dan kutekan dulu sehingga scrolling makin asyik dan menggairahkan. Tapi, yang bisa membuat Dek Mon bergairah tetap hanya kamu seorang kok, Mas Mukidi. Tenang, jangan khawatir and stay ngaceng. Okhe, Mz?
Yang kelima, sebagai polisi moral dengan kecerdasan di atas rata-rata dan berbekal pikiran yang selalu berpikir kritis, cari social media post yang menggelitik moral kalian. Kalau target sudah dalam genggaman, STOP! Jangan gunakan kecerdasan kalian. Hematlah kecerdasan kalian karena siapa tahu kalian kehabisan kecerdasan di saat yang lebih genting. Karena orang cerdas sesungguhnya adalah orang yang tahu kapan harus menggunakan kecerdasannya. Cukup gunakan jari yang tadi sudah dilemaskan, kemudian klik kolom komentar.
"Yawlaaaa.. belahan dadanya, Mbak! Nggak malu apa ya?!"
"Hati-hati kena azab!"
"Jilbab kok lepas pakai! Jilbab jangan dibuat mainan!"
"Aurat, Mbak! Auraaatttnyaaa.."
And the bla bla bla...
Nggak ada aturan tertentu apa yang harus kalian tulis di kolom komentar. Lah wong di social media itu cuma ada satu aturan "netizen selalu benar". Netizen biasa saja selalu benar apalagi polisi moral. Biyang-e kebenaran! Kalimat apapun yang terlintas di otak kalian yang cerdas itu, tulis saja. Makin berapi-api, makin baik karena itu menunjukkan seberapa besar keseriusan kalian menekuni pekerjaan ini. Tunjukkan pada dunia bahwa kalian adalah orang yang loyal.
Selain berusaha menjadi orang yang loyal, jangan lupa bahwa kebahagiaan kalian adalah yang utama. Coba tanyakan kepada diri kalian, apakah kalian bahagia sebagai polisi moral? Apakah kalian mendapatkan kenikmatan dengan menjadi polisi moral? Jika kalian mendapatkan puncak kenikmatan layaknya main kutek-kutekan bersama Mas Mukidi, selamat! Kalian telah menemukan passion kalian. Kalian patut berbangga hati karena telah merasakan kemewahan yang luar biasa.
Satu pesan dari Dek Mon bagi kalian yang ingin menjadi polisi moral. Ingat bahwa pemilik account dari social media yang kalian cyduc tetaplah manusia yang punya perasaan yang bisa sedih, gembira, maupun tertekan. Mereka bukan umbi-umbian maupun wit gedhang.
And the bla bla bla...
Nggak ada aturan tertentu apa yang harus kalian tulis di kolom komentar. Lah wong di social media itu cuma ada satu aturan "netizen selalu benar". Netizen biasa saja selalu benar apalagi polisi moral. Biyang-e kebenaran! Kalimat apapun yang terlintas di otak kalian yang cerdas itu, tulis saja. Makin berapi-api, makin baik karena itu menunjukkan seberapa besar keseriusan kalian menekuni pekerjaan ini. Tunjukkan pada dunia bahwa kalian adalah orang yang loyal.
Selain berusaha menjadi orang yang loyal, jangan lupa bahwa kebahagiaan kalian adalah yang utama. Coba tanyakan kepada diri kalian, apakah kalian bahagia sebagai polisi moral? Apakah kalian mendapatkan kenikmatan dengan menjadi polisi moral? Jika kalian mendapatkan puncak kenikmatan layaknya main kutek-kutekan bersama Mas Mukidi, selamat! Kalian telah menemukan passion kalian. Kalian patut berbangga hati karena telah merasakan kemewahan yang luar biasa.
Satu pesan dari Dek Mon bagi kalian yang ingin menjadi polisi moral. Ingat bahwa pemilik account dari social media yang kalian cyduc tetaplah manusia yang punya perasaan yang bisa sedih, gembira, maupun tertekan. Mereka bukan umbi-umbian maupun wit gedhang.
Daripada menjadi polisi moral di social media, Dek Mon sih lebih memilih berghibah dengan Dek Arum via WA. Bisa lebih puas tanpa harus menurunkan citra diri sebagai blogger yang suka kemewahan.
Salam anti nyinyir nyinyir club!
oh baru tau, emang mb Arum dan mb Mon punya belahan dada? ko ga dipamerin siih :-) sapa tau dicyduc jadi model Victoria secret
BalasHapusWalau suka kemevvahan, kami ini rendah hati.
HapusTydac ingin membuat iri rangorang.
Mbake kenapa selalu nyebut2 wit gedhang?seolah2 wit gedhang itu analogi yg buruk. Itu namanya body shaming Mbak Mon. Saya merasa tersinggung sebagai kaum wit gedhang loh ya. #Lagi training jadi pulisi moral#
BalasHapusWeh, Dek Mon selalu menyebut wit gedhang karena Dek Mon itu shayank dengan wit gedhang. Biar khalayak ramai paham apa itu wit gedhang.
HapusBE
GI
TU
Salah tuh. Mungkin maksudnya Don't (Rich) People Difficult ..... Jangan Kaya Orang Susah.
BalasHapusSekian ralat dari saya.
Bagaimana mbak Mooon?? Apakah saya sudah lulus menjadi polisi moral?
Loh, bagaimana ini. Ini dunia Besok Siang. Hukumnya hanya satu, penulis Besok Siang selalu benar. Kalau mau meralat, harus jadi penulis Besok Siang dulu.
Hapus