Sesusah Itukah Cari Tahu?

Makin ke sini, sepertinya kita semua tahu dan paham betul bahwa dunia yang kita tinggali ini semakin 'panas'. Bukan panas karena global warming, lebih tepatnya panas akibat banyaknya sliweran berita adu-domba yang hampir kita temui setiap hari. Semua itu didapatkan dari wahana kita menerima informasi, alias social media. Di mana lagi kamu bisa mendapatkan informasi dengan volume besar? Jawabannya adalah di social media, tempat yang kita sambangi saban hari mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi.
Sekarang sudah bukan jamannya lagi orang mencari berita terkini, tapi berita itu sendiri yang mendatangi kita
Coba dilihat kembali seperti apa polemik yang setiap saat mendatangi timeline kamu. Apakah itu topik agama? Ataukah topik politik? Ataukah topik perempuan?

Kali ini, saya ingin menyoroti topik yang sensitif, yaitu agama dan politik.

Coba perhatikan, ketika sebuah media mengangkat dua topik yang sensitif tersebut, kemungkinan besar media akan sukses menggiring opini publik dan tentunya akan mendongkrak penghasilan. Tapi, efek yang lebih besar adalah permusuhan. Satu berita sensitif dapat memiliki kekuatan untuk membuat orang berbondong-bondong mendukung dan mencerca. Lalu hore! Kalian semua bermusuhan. Sip. Siapapun di luar sana yang mencoba mengadu domba, mereka telah berhasil memperdaya kalian.


Perlu digarisbawahi, nggak semua media menulis berita dengan valid lho. Beberapa di antaranya malah menuliskannya dengan sedikit bombastis agar lebih menarik pembaca. Apa jadinya kalau berita itu banyak diklik oleh pembaca? Kemungkinan besar, rupiah akan mengalir deras ke saku pemilik situs berita tersebut.


Nah, kalau sudah begitu, bagaimana caranya supaya kita  bisa tetap tenang dan bisa memilah berita mana yang valid dan benar?

Solusi satu-satunya adalah menjadi konsumen berita yang mandiri, dengan kata lain cobalah sesekali untuk crosscek/tabayyun berita-berita yang berbau provokatif dengan cara-cara berikut:

1. Cek dulu situs beritanya


Media yang kredibel biasanya selalu menyertakan kontak, alamat dan disclaimer. Cek juga berita-berita lain yang ada di media tersebut. Apakah ada tendensi tertentu yang berbau permusuhan atau sejenisnya? Ingat satu hal, situs berita yang banyak pengunjungnya belum tentu menyajikan berita yang benar.

Sudah menjadi hal umum di sebuah media, ketika berita itu sampai di tangan jurnalis, mereka akan mengemasnya ke dalam  framing tertentu. Misalnya nih, ada berita tentang seorang anak kecil dikabarkan hilang. Media dapat membuat variasi berita seperti seolah-olah anak kecil tersebut hilang karena keteledoran orang tua atau karena anak tersebut lari dari rumah. Padahal setelah dicek ulang, bisa jadi si anak itu nggak hilang, tapi hanya bermain-main saja. Bahkan, melalui variasi berita berbagai media, kita bisa mengetahui nilai rapor dari anak yang dikabarkan hilang tersebut.

Efek salah paham ini dapat memicu banyak kontroversi. Itu tadi baru contoh berita anak yang hilang. Bagaimana dengan berita yang memuat fitnah, terutama yang terjadi di hampir setiap tempat di muka bumi ini? Agaknya susah untuk dibendung. Maka dari itu, kita sebagai konsumen berita jangan sampai ikut termakan isu yang belum jelas, terlebih lagi apabila medianya kurang jelas.

2. Googling foto berita lewat Google Image


Untuk menghias suatu berita, biasanya media akan menggunakan gambar ilustrasi untuk mempercantik tampilan berita. Dari mana sumber gambar tersebut? Kalau media tersebut sudah punya tim wartawan sendiri, gambarnya bisa mengambil dari kameramen yang ada di TKP. Kalau beritanya berasal dari luar negeri, gambar lansiran dari situs ternama juga bisa dijadikan gambar fitur.

Namun, tanpa kita sadari, suatu gambar bisa juga diambil dari internet, parahnya adalah gambar tersebut berbeda dengan kejadian sebenarnya. Misalnya, berita tentang banjir di kota Jogja tahun 2016. Ternyata, gambar yang dipakai untuk ilustrasi adalah foto banjir di Jakarta tahun 2012. Kan jauh banget tuh tahun dan wilayahnya.

Untuk dapat mengecek kevalidan gambar, kita dapat menggunakan google image. Caranya adalah klik kanan pada gambar yang ingin dicek kevalidannya, kemudian klik kanan dan pilih "search image by Google". Lalu, lihat hasilnya. Apabila banyak gambar yang sama, artinya gambar tersebut tidak diunggah pertama kali oleh situs berita yang bersangkutan.


Kalau banyak gambar yang mirip begini artinya bukan diunggah untuk pertama kali


3. Nama penulis warta


Cek lagi nama penulis berita, apakah memakai nama asli atau nama samaran. Kalau memakai nama asli, bolehlah dicoba kepoin social media-nya. Penulis yang memakai nama asli cenderung lebih bisa dipercaya, terlebih lagi kalau yang bersangkutan sudah memiliki riwayat jurnalistik yang baik. Selain itu, bisa dilihat juga dengan cara mengecek tulisan-tulisan si jurnalis tersebut. Apakah berita yang lain juga cukup bisa dipertanggung-jawabkan? Apakah di tulisannya ada tendensi atau keberpihakan? Saatnya kamu menilai sendiri.

Untuk hal ini memang nggak bisa dijamin 100%, apalagi kalau si penulis berita memang memakai nama samaran yang menyamai tokoh tertentu. Kita bisa lihat sendiri, berapa banyak duplikasi akun-akun yang sudah dari sononya terkenal. Dan biasanya, berita yang ditulis oleh penulis dengan nama samaran yang aneh-aneh, isinya justru adalah berita-berita yang provokatif.

NB: akun-akun yang membuat kalimat "klik angka 1, komen aamiin dan sebarkan" dijamin sudah ketahuan banget hoax-nya.

4. Langkah terakhir, jika sudah diketahui itu hoax, segera sebarkan di social media-mu agar tidak semakin menyebar


Apabila telah melakukan crosscek seperti langkah di atas, lalu kamu menemukan ada yang janggal di berita tersebut, segeralah untuk bantu sharing berita yang benar. Agar ke-hoax-an itu nggak semakin menyebar. Biar bagaimanapun, orang-orang berhak untuk mendapatkan informasi yang benar.

Tapi kalau sudah dikasih info yang benar, orang lain tetep keukeuh dengan opini tertentu? Yasudahlah. Princess juga capek kalau ngurusin orang yang memang kurang piknik.

Kamu bukan orang yang kurang piknik, kan?

5. Besok Siang mau pamitan!

Sumber: www.beritapojoksatu.blogspot.co.id

Terakhir. Bersama postingan ini, kami segenap kru Besok Siang ingin menyampaikan bahwa kami ingin menghilang sejenak dari blog ini. Ceritanya, mau libur akhir tahun dan banyak acara gitu deeeeeh... Bagaimanapun juga, manusia tetap butuh piknik. Karena piknik itu nomor satu! Kalau perlu, minggat sementara dulu dari social media! Agar hati lebih tenang dan damai yee kaaan..

Tenang, Besok Siang nggak pamit selamanya kok

Kami akan kembali lagi di pertengahan Januari. Bareng sama Mbak Nurani, Keisha, Pak Soedrajat, Mbak Mirna yang bahenol, dan kawan-kawannya. Nah, makin rame kan? Sampai ketemu lagi...

6 komentar:

  1. Ya rabb....kaget kiraiin mau pamit selamanyaaahhh. Tapi setuju sih sma artikel ini....banyak banget berita yang dapat menimbulkan permusuhan. Kalo kita gak pinter2 nyerap berita bisa bisa bahaya hiks

    Lylsabine.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggaaaakkk.. nggak selamanyah. Kan tak selamanyah mendung itu kelabu 😄

      Hapus
  2. Huuuaaa kirain pamit selamanya. Gimana nasibku yg sudah terlanjur ngikutin cerbung nan hot itu :(

    BalasHapus
  3. menimbulkan permusuhan antar temen juga lhooo berita2 itu hahaha

    www.deniathly.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. jangankan temen. Yang keluarga juga ada. Padahal lho ya, nggak perlu dijadikan permusuhan lho

      Hapus