Siapa yang Paling Hebat?

Sumber: www.blog.top250.fr

Zaman saya kecil, saya sering banget ikut lomba menggambar. Kalau sedang ikut lomba biasanya saya ditemani oleh Babe atau Mami saya. Tidak mungkin kan saya masih SD sudah ditemani oleh pacar, lah wong sudah usia 27 tahun saja tidak ada pacar yang menemani. Sama hal-nya dengan saya, peserta yang lain pun ditemani oleh orang tua-nya. Nah, di saat anak-anaknya sibuk menggambar, para orang tua biasanya saling berkenalan dan berbasa-basi.

Urusan berbasa-basi antar orang tua peserta adalah urusan Babe saya, sedangkan Mami saya lebih senang menjauh dari manusia, duduk di tikar dan asyik membaca koran di dekat saya yang sedang menggambar. Sudah tahu kan kenapa saya tidak suka dekat-dekat dengan manusia? TURUNAN.

Walaupun saya asyik menggambar, saya sering mencuri dengar apa yang diobrolkan oleh para orang tua. Sebagai anak kecil yang manis nan lugu, penasaran dong apa yang diobrolkan oleh para orang tua. Ternyata topik-nya tidak jauh dari “anak siapa yang paling hebat?”, sudah menang lomba berapa kali, juara berapa, sampai nilai di sekolah yang tidak ada hubungannya dengan lomba menggambar saja dibahas.

Pak Mukidi: Anaknya memang sering ikut lomba, Pak?
Si Babe: Nggih, Pak. Kemarin juga habis ikut lomba menggambar tingkat kecamatan.
Pak Mukidi: Wah, kalau anak saya habis ikut yang tingkat nasional, juara 2! Kemarin yang tingkat kecamatan menang lah ya, pasti. Saingannya kan sedikit.
Si Babe: Ah, mboten menang kok. Ikut lomba juga buat rekreasi aja. Lumayan ta, Pak nungguin anak sambil nggelar klasa kaliyan maem apem, dianggap piknik. Kalau nggelar klasa di rumah terus  maem apem kan aneh, wong ada kursi.

Setelah mendengar percakapan macam itu, biasanya saya akan bertanya ke Babe atau Mami saya, “Beneran nggak menang nggak apa?” Jawabannya selalu sama, “Nggak apa, dianggap piknik saja.” Tapi jawaban tersebut malah membuat saya terpacu untuk bisa menggambar lebih baik. SAYA HARUS MENANG! Hasilnya? Tetap nggak menang sih.

Di kalangan orang tua, prestasi anak dianggap sebagai tingkat keberhasilan orang tua dalam mendidik anak, kalau tidak ya sebagai pembuktian kalau anak tersebut lahir dari bibit unggul, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Tidak, saya tidak akan membahas parenting karena nanti akan ada bunda yang komentar, “JOMBLO KOK MEMBAHAS PARENTING! RA MUTU!” Padahal ya kapan Besok Siang pernah mutu?

Semua orang pasti ingin terlihat hebat, bahkan untuk hal yang nggak penting. Contohnya saja perihal kapan nikah dan kapan punya anak. Semakin cepat menikah, semakin hebat, "Mas Mukidi udah nikah loh, Mon. Kamu kapan? Masak kalah?" Iya, iya, Mas Mukidi hebat, apalah arti hidup Dek Mon yang jomblo ngakik dan hobi main biro jodoh online ini. Dek Mon hanyalah serpihan kopet garing yang hinggap di genteng rumah Dek Ranty di Jatim. Begitu pula dengan memiliki anak. Semakin cepat punya anak, semakin hebat dan jos persnelingnya. Jadi, Dek Arum kapan punya anak?

Jangankan perihal menikah dan punya anak, perihal kesusahan hidup saja ingin terlihat lebih: “Halah, baru lembur 3 hari udah ngeluh! Aku dong lembur 7 hari, berangkat pagi pulang malam.” atau “Wah, kamu sih mending uangnya cuma hilang 5 juta, kemarin uangku malah hilang 10 juta!” MASALAHMU.

Menurut saya adu siapa yang paling hebat boleh saja, terutama jika memang sedang berkompetisi. Lah ini, orang curhat dan mengeluh kan kadang hanya ingin didengarkan agar merasa “plong”, bukannya malah adu masalah siapa yang paling berat. Masalah hidup kok dijadikan ajang untuk menentukan siapa yang paling hebat, nggak penting. Sama nggak pentingnya dengan gas pol nyinyir karena Arum lebih memilih cowok ganteng dibandingkan cowok pintar. Kasihan loh Arum itu. Sudah cangkeman begitu, dapat suaminya tyda ganteng tyda pula pintar.


8 komentar:

  1. tydaganteng pula tydapintar.. sihan sekali ses Arum itu, bagaimana dengan ses Mon? apakah perlu didoakan agar lebih rajin posting baik di besoksiang ataupun blognya agar dapat yang ganteng dan pintar?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekalian doakan dapat yang kaya juga, lumayan bisa menjadi sponsor Besok Siang.

      Hapus
  2. Tapi aku lebih hebat darimu

    BalasHapus
  3. bener banget mba mon. ada tuh tetanggaku kalo mama aku lagi cerita atau siapapun yang cerita ke dia pasti dia malah selalu membandingkan dengan dirinya dan keluarganya mulu kaya orang ngga mau kalah dan ngga mau ngalah. padahal mamaku dan yang lainnya cuma niat pengen cerita aja tanpa ada unsur pamer atau sebagainya. kadang nih ya kalo mama ku cerita tentang yang sedih dia malah ikutan ceritain kehidupannya yang lebih sedih buat dijadiin bandingan kan oneng, giliran mama saya cerita soal habis beli apa dimana dia juga cerita kalo pernah beli itu di sono kesel lah dengernya. makanya aku suka omelin mama buat ngga usah lah cerita sama orang kaya gitu.

    btw, ntah kenapa walaupun besok siang itu ngga ada faedahnya buat aku selalu benar dan sepengalaman. salam besoksiang lovers forever mba mon.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lebih nggak berfaedah lagi kalau "hebat-hebatan" beban hidup. Seolah-olah yang beban hidupnya paling berat adalah yang terhebat. Dan memang kalau orangnya nggak berfaedah seperti itu ya mending nggak cerita apa-apa :D

      Hapus
  4. tapi memang yang beban hidupnya paling berat itu yang paling hebat tp bukan hal yang harus dibanggakan sm manusia lain sih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kenapa bisa paling hebat? Kalau ada yang "paling" berarti ada pembandingnya kan? Sedangkan hidup orang nggak bisa dibanding2in dan nggak penting juga dibanding2in 👌

      Hapus