Netizen yang Sedang Tidak Percaya Diri


Sejak tulisan mengenai Cowok Ganteng vs Cowok Pintar terbit, saya baru tahu kalau ternyata ada rakyat Besok Siang yang cemburuan. Kok bisa? Yha bisa! Karena kata Dilan, cemburu itu hanya untuk orang yang sedang tidak percaya diri. Dan dari komen beberapa rakyat tersebut, nenek-nenek koprol saja bisa langsung menyimpulan bahwa mereka sedang tidak percaya diri.

Ini beberapa contoh komen yang sekilas baca saja sudah langsung menyiratkan bahwa penulisnya sedang tidak percaya diri:


Tapi saya sering sekali menemui tipikal orang-orang tidak percaya diri seperti ini. Bukan cuma rakyat Besok Siang, tapi juga netizen budiman di seantero jagad maya. Bahkan, bukan cuma netizen, tapi manusia di dunia nyata juga. Mungkin karena budaya sopan-santunnya orang Indonesia (Jawa lebih khususnya), membuat orang-orang pekewuh kalau mau membangga-banggakan diri secara terang-terangan. Bahkan kalau ada yang dengan bangga bilang: "aku ini orang paling seksi lho se-Minomartani." Pasti langsung dicap shombonk! Dek Momon ini kok umuk sekali bilang paling seksi se-Minomartani. Padahal ya nggak gedhe-gedhe amat.
( . )( . ).

Karena takut dibilang shombonk dan umuk, maka orang-orang cenderung merendah-rendahkan diri. Bilang kalau dirinya tidak cantik lah, jelek lah, tidak cerdas lah, tidak kaya lah, pokoknya segala yang tidak-tidak diakui saja. Tapi kalau statement tersebut diiyakan, biasanya ya njuk ngamuk-ngamuk.

Coba bayangkan percakapan ini:
Kamu: "Ya saya kan jelek, Dek Arum. Tidak cantik. Jadi ya tahu diri saja, tidak pernah mau selfie FOTD seperti Dek Arum."
Saya: "Wah iya juga ya, Khak. Kamu ini jelek. Ya sudah, benar itu, tidak usah selfie. Tutupi kresek saja mukanya kalau perlu, agar orang lain tidak gumoh ketika melihatmu."

Pasti kamu tersinggung. Aneh, kan? Dirinya sendiri merendah-rendahkan citra dirinya, tapi ketika diiyakan atau dijelek-jelekan orang lain, ya tersinggung juga.

Hal merendah-rendahkan diri ini, bisa disebabkan oleh dua hal. Yang pertama, budaya ewuh-pekewuh itu tadi. Padahal sih menurut saya, budaya ini ada bagusnya juga, yaitu melarang kita untuk bersikap riya. Saya pun sering sekali kagum sama orang yang diam-diam saja, tidak riya kemana-mana, tapi tiba-tiba menelurkan karya yang bagus. Tidak sombong, tapi tetap diakui karena menunjukan bukti.

Tapi yang sering dilupakan oleh orang-orang, tidak shombonk itu bukan berarti harus merendah-rendahkan diri sendiri juga. Ya cukup tidak membicarakan ke-shopisticated-an diri sendiri, kan sudah. Tidak perlu lah menjelek-jelekan diri sendiri.

Yang kedua, adalah ingin meninggikan mutu. Tahu, kan? Semacam mbak-mbak selebgram yang kalau selfie suka pakai cation, "gendats!" Agar followers-nya yang lemu-lemu semakin merasa insekyur lalu komen: "segitu gendats lalu aku ini apa, khak? Gentongs?" atau, "iihh langsing kok, canty lagi, tidak gendats!"

Alasan merendahkan diri karena ingin meninggikan mutu ini lah yang membuat kalau statement jeleknya diiyakan, malah tersinggung. Lha wong tujuannya agar dipuji kok, malah diiyakan kalau jelek. Kan shakit.

Tapi perlu diingat, manusia itu memang sudah sifatnya ingin diakui eksistensinya. Ingin menunjukan bahwa dirinya yang paling haibat! Nah, sifat yang satu ini tentu bertabrakan dengan budaya ewuh-pekewuh itu tadi. Jadinya orang-orang mencari berbagai cara yang tidak terlihat sombong untuk menunjukan bahwa dirinya yang lebih hebat. Ya kalau caranya asik, seperti menunjukan karya, prestasi, skill, dan kecantikan/ keganthengan haqiqi sih tidak apa-apa. Tapi nyatanya, banyak yang pakai cara-cara yang bikin eneq.

Contoh yang bikin eneq, ya seperti mbak-mbak selebgram kuru yang caption fotonya "gendats!" itu tadi. Atau pakai cara-cara lain seperti, "mau sampai kapan jomblo, Mon? Makanya jangan petingsing tatoan begitu, kan cowok-cowok pada nggak mau." Untuk menunjukan dirinya lebih payu karena bisa yank-yank-an sementara Momon tidak.

Kalau buat saya sih, membanggakan diri sendiri secara terang-terangan tidak apa-apa kok. Malahan mendingan terang-terangan begitu, daripada pakai cara yang bikin eneq dan nyacati orang lain. Ya asalkan disertai dengan bukti. Misalnya saya bilang kalau saya ini cantik, ya disertai bukti FOTD dengan berbagai pose dan gaya. Apabila saya sedang tidak percaya diri dan merasa tidak cantik, ya tidak usah berfoto dulu sambil berusaha menjadi cantik lagi. Tidak njuk selfie dengan caption, "aku huelik!"

Tapi kalaupun tidak mau membanggakan diri dan tetap mau merendah-rendahkan diri juga tidak papa. Karena ya memang sombong itu berat. Kamu tak 'kan kuat. Biar penulis Besok Siang saja.

23 komentar:

  1. Makasih, Dek Arum..

    Dek Mon memang (.)(.)

    BalasHapus
  2. Anonim3/22/2018

    Mas nicsap yg guwantheeeng aja ig nya g ada muka dia, cuma muka gajah T.T

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lebih baik pasang muka gajah daripada selfie lalu captionnya "gendats"

      Hapus
  3. Lha nek ndilalahe itu adalah upaya tau diri piye mbak? Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kamu mengharap jawaban apa? Ya ndilalah apapun alasannya kebiasaan seperti itu memang jelek dan harus dirubah

      Hapus
  4. Jadi kalau ada teman yang insyekur gitu piye toh mbak? Aku koprol aja gitu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yha jangan, kamu kan bukan anggota sirkus nanti kecetit.

      Hapus
  5. tapi kadang serba salah juga sih mba, merendah salah kepedean pun salah.
    saat merendah, malah dikatain jijik sama yg bilang cakep
    giliran ngerasa pede, malah dibilang najis sama yg sirik.
    aku kudu piye toh mba ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmm...kudu belajar yang rajin agar pintar dan kaya.
      Merendah itu beda sih dengan merendah-rendahkan diri. Kalau yang aku contohkan di sini itu merendah-rendahkan diri namanya. "Aku jelek." "Aku gendats." "siapa yang mau sama aku?" Begitu. Kalau merendah itu rendah hati, tidak sombong, tidak umuk seperti Syahrini. Itu sudah cukup.

      Hapus
    2. iya mba aku ngerti, jadi kan ada yg bilang cakep tapi aku ngga pede. aku malah bilang aku cakep ketolong make up sama kamera jahat kok. eh malah dikatain jijik karna dibilang suka merendah.
      giliran aku pede, iya dong aku kan manis atau aku kan lucu eh malah dibilang najis -_-
      ngerasa serba salah kaya raisa deh aku -_-

      Hapus
    3. Kenapa tidak pede dibilang cakep? Kalau dibilang cakep jawab saja "wah, terima kasih." Jangan lupa ditambah senyum 3 jari.

      Hapus
    4. soalnya temen-temen aku itu rese banget mba mon, mereka tuh kaya telek.
      muji cakep giliran dibilang makasih malah dibilang idih kepedean banget terbang deh bentar lagi, atau ngga dibilang yah megar dah idungnya gitu. kan kzl.
      udah dipuji terus dibikin ngedown itu sakhit. mesti diapain dong temen-temen yg begitu ?

      Hapus
    5. Yha cari teman lain saja 👌

      Hapus
    6. Ya betul itu. Orang seperti itu kok tetap ditemani.

      Hapus
  6. cantik atau ganteng cuma fisik, yg penting bermanfaat utk sesama mbak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah terima kasih atas pencerahan rohaninya, Ustazah Fenny.

      Hapus
  7. Mbak momon omahe mino? Njuk aku kepengen bakpia mino *ehh
    Aku ayu kok makane anakku giyantheng 😂😂😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apa kuwi bakpia mino?

      Hapus
    2. Mino itu kan (( pusat )) pembuatan bakpia, coeq.

      Hapus
    3. Lalu mengapa aku tyda pernah disuguh bakpia bila ke rumahmu?

      Hapus
    4. Karena mbak momon sedang menyembunyikan usaha sampingan dari mbak arum. Takut bangkrut nanti dimaem sama mbak arum.

      Hapus
    5. Karena mbak momon sedang menyembunyikan usaha sampingan dari mbak arum. Takut bangkrut nanti dimaem sama mbak arum.

      Hapus