Sumber: www.pikabu.ru |
Saat pertama kali saya naik pesawat, yaitu saat saya SMA, harga tiket antara pesawat dengan transportasi lain terpaut sangat jauh. Harga tiket mahal puol, jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga diri saya. Eh, maaf lupa, saya nggak punya harga diri.
Walaupun saat itu saya bisa naik pesawat, saya nggak masuk ke dalam kategori orang berduit. Lah wong tiket pesawatnya dibayarin. Sudah nggak punya harga diri, nggak punya duit pula.
Tapi, sekarang zaman sudah berbeda, terkadang harga tiket promo pesawat bisa lebih murah dibandingkan dengan harga tiket kereta api kelas eksekutif. Ya, jelas pada pilih pesawat ta ya, lah wong terlihat lebih mentereng dan gagah. Tapi, waktu pertama kali saya naik pesawat sih, saya nggak merasa gagah, lah wong saya sukanya digagahi kok.
Di saat saya sudah bekerja, naik pesawat bukan lagi menjadi hal yang istimewa karena saya masih bukan orang berduit, lah tiketnya masih saja dibayarin kok. Selain itu, intensitas saya naik pesawat terlalu sering, hari ini terbang ke wilayah A, minggu depannya sudah terbang lagi ke wilayah B.
Sesuatu yang terlalu sering memang nggak akan jadi hal yang spesial. Makanya, jangan keseringan pacaran, jadian-putus-jadian-putus sampai udel saya bodong. Tahu kan kenapa saya lebih memilih menjadi yomblo ngakik? Agar kelak ketika saya kembali pacaran, saya ingin hubungan tersebut terasa lebih spesial melebihi spesialnya Indomie goreng pakai telur setengah mateng.
Eh, tapi kenapa Indomie goreng spesial tetap terasa spesial walaupun sering dikonsumsi ya?
Ketika kita bepergian menggunakan transportasi massal, tentu saja nggak akan lepas dari resiko, termasuk juga naik pesawat. Semua di dunia ini beresiko. Bernafas saja beresiko loh, misalnya saja kambonan entut (terbaui kentut).
Saya nggak akan ngomongin masalah turbulensi dan tethek bengeknya, saya bukan orang yang berkecimpung di dunia penerbangan, nggak terlalu mudeng masalah begituan. Saya mau ngobrolin tentang mimpi buruk yang bisa mengancam kestabilan jiwa dan raga kita ketika berada di dalam pesawat. Dan karena saya baik hati, saya akan sekaligus memberikan tips cara menanganinya.
Buat kalian yang sudah terbiasa dengan AC sejak dalam kandungan, mungkin AC yang dingin bukanlah suatu mimpi buruk. Tapi, bagi rakyat jelata macam saya ini, AC yang terlampau dingin bisa menjadi mimpi buruk.
Saya pernah naik pesawat dengan AC yang terlampau dingin, entah memang disetting sebegitu dinginnya atau karena saya terlalu lama nggak merasakan hangatnya tatih tayang. Kala itu, saya merasa kedinginan sampai benar-benar menggigil dan tangan saya mati rasa. Mana duduknya di kelas ekonomi, nggak dapat selimut apalagi teman untuk di dalam selimut. Tsk.
Buat rakyat jelata yang memang nggak tahan dinginnya AC dan duduk di kelas ekonomi, saya sarankan pakailah baju yang cukup tebal, jaket yang ada hoodie-nya, dan syal. Tadinya saya mau sarankan untuk membuat api unggun, tapi saya tiba-tiba ingat bahwa itu tydac baik apabila dilakukan di dalam pesawat.
Kursi di setiap maskapai memiliki tingkat kenyamanan yang berbeda-beda. Kenyamanan kursi biasanya ditentukan dengan beberapa faktor, beberapa diantaranya adalah jarak antara kursi depan dengan belakangnya, tinggi kursi, dan bentuk lekukan kursi.
Dari beberapa maskapai, kursi yang menurut saya paling nyaman adalah kursi milik Garuda karena lekukan pas untuk badan saya dan jarak antara kursi depan dengan kursi yang kita duduki memiliki jarak yang cukup lega. Sedangkan kursi yang menurut saya paling nggak nyaman adalah kursi milik Citilink. Entah karena tubuh saya yang terlalu pendek atau memang kursinya didesain seperti itu, tapi saya merasa nggak nyaman. Kalau punggung saya sandarkan, pasti leher saya jadi sedikit membungkuk. Kalau punggung nggak saya sandarkan, hanya kepala yang menempel. Pelique.
Sebagai antisipasi dari kursi yang nggak nyaman, lebih baik kalian membawa bantal leher pada saat naik pesawat. Bantal leher bisa dipakai di leher maupun di punggung. Pokoknya senyamannya saja. Sukur-sukur bisa bawa pasangan hidup yang bisa dijadikan sandaran.
Jika diwajibkan terbang pagi-pagi buta, biasanya begitu naik ke pesawat saya langsung jadi pelor, nempel-molor. Sifat pelor saya ini sebenarnya berfaedah di saat saya harus terbang dengan jangka waktu yang cukup lama.
Tapi, ada kalanya saya nggak bisa tidur di pesawat karena memang sudah kebanyakan tidur. Misalnya saja saya penerbangan pagi dari Yogyakarta ke Manado. Sebelum ke Manado, saya harus transit dulu di Makassar. Nah, biasanya kuota pelor saya sudah habis terpakai di penerbangan dari Yogyakarta ke Makassar. Alhasil ketika terbang dari Makassar ke Manado, saya bisa resah, gelisah, gundah gulana karena bingung mau ngapain di pesawat.
Saran saya apabila kalian termasuk orang yang nggak suka tidur atau susah tidur, agar tidak mati bosan di pesawat, bawalah buku untuk membunuh waktu. Lebih bagus lagi jika kalian membawa kartu remi, kartu uno, halma, atau bahkan ular tangga dan mengajak bermain orang yang duduk di samping kalian. Niscaya penerbangan akan terasa lebih menyenangkan.
Sudah memakai jaket, naik maskapai dengan kursi yang ergonomis, dan membawa ular tangga nggak menjamin kenyamanan kita selama di dalam pesawat. Ada satu mimpi buruk yang lebih pelique, yaitu mimpi buruk bagi indra penciuman. Saya pernah sial sekali saat penerbangan dari Yogyakarta ke Bengkulu.
Saat pertama kali duduk, saya nggak merasa ada yang aneh, tapi lama-kelamaan saya mencium bau yang mengganggu hidung saya. Setelah saya rasa-rasakan, saya sadar bau yang mengganggu itu adalah bau badan dan saya tahu persis itu bukan bau badan saya.
Saya coba mencari sumber bau badan tersebut karena penasaran. Saya endus-endus teman di samping saya sampai teman saya, "Woi, ngapain woi?" Saya balik tanya, "Ada bau something gitu nggak?" Kemudian teman saya pun ikut mengendus-endus, "Iya, eh. Mambu." Kami berdua pun menajamkan indra penciuman dan hidung kami mengarah ke arah yang sama, yaitu bapak-bapak yang duduk di depan saya.
Teleque, saya nggak bawa masker maupun syal.
Sejak kejadian tersebut, saya selalu membawa masker sebagai bantuan terakhir apabila saya mencium bau-bau yang mengganggu.
Mongomong soal masker, masker adalah alat yang multifungsi loh di saat travelling. Selain membantu menjaga hidung dari bau nggak sedap, masker adalah teman terbaeq bagi kita yang ketika tidur........ ngiler. Saya sebut "kita" karena saya kalau tidur pun ngiler. Sekian.
Ketika kita bepergian menggunakan transportasi massal, tentu saja nggak akan lepas dari resiko, termasuk juga naik pesawat. Semua di dunia ini beresiko. Bernafas saja beresiko loh, misalnya saja kambonan entut (terbaui kentut).
Saya nggak akan ngomongin masalah turbulensi dan tethek bengeknya, saya bukan orang yang berkecimpung di dunia penerbangan, nggak terlalu mudeng masalah begituan. Saya mau ngobrolin tentang mimpi buruk yang bisa mengancam kestabilan jiwa dan raga kita ketika berada di dalam pesawat. Dan karena saya baik hati, saya akan sekaligus memberikan tips cara menanganinya.
1. AC terlampau dingin
Buat kalian yang sudah terbiasa dengan AC sejak dalam kandungan, mungkin AC yang dingin bukanlah suatu mimpi buruk. Tapi, bagi rakyat jelata macam saya ini, AC yang terlampau dingin bisa menjadi mimpi buruk.
Saya pernah naik pesawat dengan AC yang terlampau dingin, entah memang disetting sebegitu dinginnya atau karena saya terlalu lama nggak merasakan hangatnya tatih tayang. Kala itu, saya merasa kedinginan sampai benar-benar menggigil dan tangan saya mati rasa. Mana duduknya di kelas ekonomi, nggak dapat selimut apalagi teman untuk di dalam selimut. Tsk.
Buat rakyat jelata yang memang nggak tahan dinginnya AC dan duduk di kelas ekonomi, saya sarankan pakailah baju yang cukup tebal, jaket yang ada hoodie-nya, dan syal. Tadinya saya mau sarankan untuk membuat api unggun, tapi saya tiba-tiba ingat bahwa itu tydac baik apabila dilakukan di dalam pesawat.
2. Kursi yang nggak ergonomis
Kursi di setiap maskapai memiliki tingkat kenyamanan yang berbeda-beda. Kenyamanan kursi biasanya ditentukan dengan beberapa faktor, beberapa diantaranya adalah jarak antara kursi depan dengan belakangnya, tinggi kursi, dan bentuk lekukan kursi.
Dari beberapa maskapai, kursi yang menurut saya paling nyaman adalah kursi milik Garuda karena lekukan pas untuk badan saya dan jarak antara kursi depan dengan kursi yang kita duduki memiliki jarak yang cukup lega. Sedangkan kursi yang menurut saya paling nggak nyaman adalah kursi milik Citilink. Entah karena tubuh saya yang terlalu pendek atau memang kursinya didesain seperti itu, tapi saya merasa nggak nyaman. Kalau punggung saya sandarkan, pasti leher saya jadi sedikit membungkuk. Kalau punggung nggak saya sandarkan, hanya kepala yang menempel. Pelique.
Sebagai antisipasi dari kursi yang nggak nyaman, lebih baik kalian membawa bantal leher pada saat naik pesawat. Bantal leher bisa dipakai di leher maupun di punggung. Pokoknya senyamannya saja. Sukur-sukur bisa bawa pasangan hidup yang bisa dijadikan sandaran.
3. Mati bosan
Jika diwajibkan terbang pagi-pagi buta, biasanya begitu naik ke pesawat saya langsung jadi pelor, nempel-molor. Sifat pelor saya ini sebenarnya berfaedah di saat saya harus terbang dengan jangka waktu yang cukup lama.
Sumber: www.justmindwriting.blogspot.co.id |
Saran saya apabila kalian termasuk orang yang nggak suka tidur atau susah tidur, agar tidak mati bosan di pesawat, bawalah buku untuk membunuh waktu. Lebih bagus lagi jika kalian membawa kartu remi, kartu uno, halma, atau bahkan ular tangga dan mengajak bermain orang yang duduk di samping kalian. Niscaya penerbangan akan terasa lebih menyenangkan.
4. Mimpi buruk bagi indra penciuman
Sudah memakai jaket, naik maskapai dengan kursi yang ergonomis, dan membawa ular tangga nggak menjamin kenyamanan kita selama di dalam pesawat. Ada satu mimpi buruk yang lebih pelique, yaitu mimpi buruk bagi indra penciuman. Saya pernah sial sekali saat penerbangan dari Yogyakarta ke Bengkulu.
Saat pertama kali duduk, saya nggak merasa ada yang aneh, tapi lama-kelamaan saya mencium bau yang mengganggu hidung saya. Setelah saya rasa-rasakan, saya sadar bau yang mengganggu itu adalah bau badan dan saya tahu persis itu bukan bau badan saya.
Saya coba mencari sumber bau badan tersebut karena penasaran. Saya endus-endus teman di samping saya sampai teman saya, "Woi, ngapain woi?" Saya balik tanya, "Ada bau something gitu nggak?" Kemudian teman saya pun ikut mengendus-endus, "Iya, eh. Mambu." Kami berdua pun menajamkan indra penciuman dan hidung kami mengarah ke arah yang sama, yaitu bapak-bapak yang duduk di depan saya.
Teleque, saya nggak bawa masker maupun syal.
Sejak kejadian tersebut, saya selalu membawa masker sebagai bantuan terakhir apabila saya mencium bau-bau yang mengganggu.
Mongomong soal masker, masker adalah alat yang multifungsi loh di saat travelling. Selain membantu menjaga hidung dari bau nggak sedap, masker adalah teman terbaeq bagi kita yang ketika tidur........ ngiler. Saya sebut "kita" karena saya kalau tidur pun ngiler. Sekian.
5. Mimpi buruk indra pendengaran
Saya suka kzl sama orang yang kalau tidur ngorok. Telinga saya serasa berdenging ketika mendengar orang ngorok. Buat kalean yang kurang paham, mungkin bisa diilustrasikan rasanya seperti mendengar gesekan kapur di atas papan tulis.
Saya pernah cerita ke salah satu teman saya kalau saya nggak suka dengan orang ngorok, kemudian dia bilang, "Jangan benci banget looohhh.. Nanti kualat dapet suami ngorok!" Aelah, ditesting dulu lah sebelum niqah.
Saya pernah satu pesawat dengan seorang bapak yang ngoroknya terbaeq waktu penerbangan dari Makassar ke Yogyakarta.
Dari pesawat take-off, si bapak sudah tidur dengan ngorok yang suaranya masih bisa diterima akal sehat, tapi lama-kelamaan volume meningkat dengan ritme yang cukup konsisten. Pengen kzl, tapi piyeeeee... namanya juga orang tidur, mungkin si bapak habis kerja keras banting tulang, tapi piyeeeee... telinga saya juga terganggu. Pengennya sih saya mendengarkan lagu menggunakan earphone, tapi kok ya saya nggak bawa. Piyeeeee... Piyeeeee...
Beberapa saat kemudian, tiba saatnya pramugara dan pramugari membagikan snack. Saya langsung, "Yes! Si bapak pasti dibangunin." Dan benar, si bapak bangun untuk menerima snack tersebut, tapi nggak sampai satu menit setelah menerima snack, si bapak ngorok lagi. Ngorok tersebut berlangsung hingga pesawat landing. Walaupun pesawat landing dengan kondisi cukup terguncyang, si bapak tetap ngorok, bahkan semakin keras. Terbaeq.
Saran saya, bawalah earphone atau headset di setiap penerbangan. Jangan lupa siapkan playlist yang bisa didengarkan secara offline, jangan hanya mengandalkan Spotify online.
Duduk bersebelahan dengan stranger di pesawat memang bukan mimpi buruk. Ya, namanya juga naik transportasi massal. Ye kaaaannn.. Tapi, kadang menjadi mimpi buruk ketika orang tersebut mempunyai kreatifitas yang melampaui akal sehat kita.
Ini bukan saya yang mengalami, melainkan temannya teman kampret saya. Anggap saja namanya Mas Bangkit. Waktu itu Mas Bangkit duduk bersebelahan dengan sepasang suami istri.
Tampak normal? Memang.
Beberapa saat kemudian, sepasang suami istri tersebut mengeluarkan...... sebungkus nasi Padang. Tahu kan aroma nasi Padang seperti apa? Sungguh mengganggu keimanan layaknya Pop Mie yang dibuat di dalam pesawat. Tapi, yang menjadi masalah bukanlah aromanya yang menggoda. Masalahnya adalah sepasang suami istri tersebut makan langsung menggunakan tangan, tanpa sendok garpu.
Oke, sampai di sini masih kurang bermasalah. Makan nasi Padang memang paling nikmat langsung menggunakan tangan.
Masalah utama adalah setelah nasi Padang habis. Tahu kan betapa berminyaknya tangan yang usai digunakan untuk makan nasi Padang? Sepasang suami istri tersebut dengan santainya mencuci tangan bekas nasi Padang menggunakan air mineral langsung di tempat duduk mereka. Saya ulangi. Mencuci tangan langsung di tempat duduk mereka. Itu.
Becek? Tentu.
Mencengangkan? Pastinja!
Saya bukan penulis yang hanya sekedar membuat judul yang klik bait.
Solusinya? Sabar dan tawakal, sis.
Saya pernah satu pesawat dengan seorang bapak yang ngoroknya terbaeq waktu penerbangan dari Makassar ke Yogyakarta.
Dari pesawat take-off, si bapak sudah tidur dengan ngorok yang suaranya masih bisa diterima akal sehat, tapi lama-kelamaan volume meningkat dengan ritme yang cukup konsisten. Pengen kzl, tapi piyeeeee... namanya juga orang tidur, mungkin si bapak habis kerja keras banting tulang, tapi piyeeeee... telinga saya juga terganggu. Pengennya sih saya mendengarkan lagu menggunakan earphone, tapi kok ya saya nggak bawa. Piyeeeee... Piyeeeee...
Beberapa saat kemudian, tiba saatnya pramugara dan pramugari membagikan snack. Saya langsung, "Yes! Si bapak pasti dibangunin." Dan benar, si bapak bangun untuk menerima snack tersebut, tapi nggak sampai satu menit setelah menerima snack, si bapak ngorok lagi. Ngorok tersebut berlangsung hingga pesawat landing. Walaupun pesawat landing dengan kondisi cukup terguncyang, si bapak tetap ngorok, bahkan semakin keras. Terbaeq.
Saran saya, bawalah earphone atau headset di setiap penerbangan. Jangan lupa siapkan playlist yang bisa didengarkan secara offline, jangan hanya mengandalkan Spotify online.
6. Stranger
Duduk bersebelahan dengan stranger di pesawat memang bukan mimpi buruk. Ya, namanya juga naik transportasi massal. Ye kaaaannn.. Tapi, kadang menjadi mimpi buruk ketika orang tersebut mempunyai kreatifitas yang melampaui akal sehat kita.
Ini bukan saya yang mengalami, melainkan temannya teman kampret saya. Anggap saja namanya Mas Bangkit. Waktu itu Mas Bangkit duduk bersebelahan dengan sepasang suami istri.
Tampak normal? Memang.
Beberapa saat kemudian, sepasang suami istri tersebut mengeluarkan...... sebungkus nasi Padang. Tahu kan aroma nasi Padang seperti apa? Sungguh mengganggu keimanan layaknya Pop Mie yang dibuat di dalam pesawat. Tapi, yang menjadi masalah bukanlah aromanya yang menggoda. Masalahnya adalah sepasang suami istri tersebut makan langsung menggunakan tangan, tanpa sendok garpu.
Oke, sampai di sini masih kurang bermasalah. Makan nasi Padang memang paling nikmat langsung menggunakan tangan.
Sumber: www.jawapos.com |
Becek? Tentu.
Mencengangkan? Pastinja!
Saya bukan penulis yang hanya sekedar membuat judul yang klik bait.
Solusinya? Sabar dan tawakal, sis.
njuk saya jadi membayangkan pesawat terbang becek yg masya Allah wagunya kak.. itulah kenapa pesawat terbang walaupun rawan dehidrasi, tapi ga pernah diolesin moisturizing apalagi hydrating toner hahaha
BalasHapusApalagi makan timun, Kak. Daripada makin becek.
HapusAKu paling bete sama bau badan yang mengusik hidung. Iya lah masa bau badan mengusik telinga heehehe
BalasHapusKamu mengusik sanubariku, Kak :-*
Hapus