Wejangan Bunda Koplo Untuk Indonesia

Apa yang salah dengan agama?
Apa yang salah dengan manusia?
Apa yang salah dengan Indonesia?
Apa yang salah?

Yang salah adalah Bunda Arum. Si Bundtelan Kopet itu benar-benar lagi buntu otaknya sehingga yang seharusnya ini giliran dia yang menulis di Besok Siang, akhirnya saya sebagai Bundadari Koplo menggantikannya menulis. Saya tahu bahwa "buntu otak" hanya alasan yang dibuat-buat. Jelas saja dibuat-buat, lah wong otak saja nggak punya.


Saya paham alasan sebenarnya kenapa kali ini Bunda Arum tidak bisa menulis. Walau dikata saya koplo, saya cukup peka dengan perasaan orang di sekitar saya. Bunda Arum sedang patah hati. Patah hati karena Pak Ahok divonis 2 tahun penjara. Honestly, bukan hanya Bunda Arum saja yang merasa patah hati, saya juga.

Pasca Pak Ahok divonis 2 tahun penjara, saya merasa patah hati sekaligus kegerahan. Gerah karena menurut laporan Bunda Arum, masih saja banyak yang nyukur-nyukurin Pak Ahok, bahkan sampai mem-bully anak dan istrinya. Tak sedikit pula simpatisan Pak Ahok yang juga ikut di-bully.

Setelah saya kepo ke sana ke sini, ternyata Bunda Arum tak sekedar menyampaikan curhat hoax. Memang benar banyak kopet bertebaran di linimasa. Mambu. Jamban saya saja wangi.
"Dulu Sean pernah bilang kalau buapaknya di penjara, sekeluarga mau pindah kewarganegaraan. Lha itu, Sean, buapakmu sudah dipenjara. Kapan minggat dari Indonesia?" ~ serius nulisnya pakai "u" -> BUAPAKMU
"#salam2tahun"
"Cuma 2 tahun? Padahal kesalahannya sefatal itu. Mestinya sih dihukum mati."
Pet, kopet, kurang puas apa ta kalian? Pak Ahok sudah dipenjara loh ya. Bukankah seharusnya kalian sudah merasa "menang"? Atau bagi kalian, "menang" saja tidak cukup? Serakah.

Kalian bilang kalian membela agama. Agama mana yang kalian bela jika sesama manusia saja masih kalian hina? Agama mana yang kalian bela jika rasa benci masih memenuhi hati kalian? Agama mana yang kalian bela jika kalian merasa yang paling suci dan benar di dunia ini? Agama mana?
"Negeri ini kebanyakan pagi, kekurangan senja. Kebanyakan gairah, kurang perenungan." ~ Sujiwo Tejo
Manusia memang terlalu bergairah, bergairah untuk meneriakkan "kebenaran" tanpa mau tahu dan berpikir "kebenaran" apa yang sedang diteriakkan. Merasa paling benar dan penuh arogansi. Merasa menjadi makhluk Tuhan yang paling mulia ya, sehingga menjadi begitu arogan? Dasar manusia, termasuk juga saya. Iya, iya, saya manusia, bukan umbi-umbian atau bahkan suket-suketan.

Saya pribadi tidak terlalu mengkhawatirkan Pak Ahok karena saya tahu Pak Ahok adalah pribadi yang kuat. Tapi, tetap saja saya merasa patah hati. Saya tak bisa melihat Pak Ahok berkarya lagi di negeri ini setidaknya selama 2 tahun. Rasanya seperti ditinggal gebetan pas lagi sayang-sayangnya. Perih, Mas. Perih.

Saya lebih khawatir dengan mereka yang sudah terlanjur kecewa. Banyak yang mengaku kecewa dengan sistem keadilan yang ada di Indonesia, ada yang bilang bahwa Indonesia adalah negeri para bedebah, ada pula yang bilang bahwa negara ini mengajarkan kita untuk lebih baik menjadi koruptor tapi memiliki mulut yang santun.

Hhhhhhh..

Sebagai Bunda Koplo, saya tetap berusaha waras walaupun sedang patah hati. Karena itu, saya ingin memberikan beberapa wejangan yang perlu kalian camkan baik-baik.

Wejangan 1


Sistem keadilan di Indonesia saya akui memang mengecewakan (yang dari dulu memang sudah seperti itu), but please jangan bilang bahwa Indonesia adalah negeri dan surganya para bedebah karena Indonesia bukan milik para bedebah. Indonesia adalah milik kita yang benar-benar mencintai tanah air ini. Bagaimana perasaan para pahlawan kita apabila dibilang bahwa negeri yang mereka perjuangkan adalah negeri para bedebah. Pasti hancur hati mereka.

Sumber: www.inewg.blogspot.co.id
Kecewa boleh saja, tapi tolong jangan pernah merasa putus asa dengan negeri ini. Marah kepada para bedebah boleh, tapi tolong jangan marah pada negeri ini.

Mungkin memang sudah seharusnya ini yang terjadi. Dan saya yakin memang ini yang terbaik. Toh Pak Ahok kalau diberi kunci sel tahanannya, pasti dia tetap nggak bakalan mau melarikan diri kok. Paling cuma ngedongkrok sambil baca buku.

Coba bayangkan Pak Ahok divonis bebas. Saya yakin tingkah para sumbu pendek bakal membuat suasana menjadi lebih gerah dari sekarang. Mereka akan mencari tanggal cantik "seperti biasa", demo besar-besaran "seperti biasa", dan tentu saja akan ada unfollow unfriend block secara massal di social media "seperti biasa".

Sounds like kopet huh? But, that's the reality.

Wejangan 2


Mari kita doakan yang terbaik untuk Indonesia. Untuk Indonesia ya, bukan untuk Pak Ahok saja karena Indonesia bukan melulu masalah Pak Ahok. Masih ada masalah perkenthuan Raffi-ATT.

Cangkem-mu, Mon. Madakne kasus Ahok karo Raffi-ATT.

Mungkin Indonesia memang bukan melulu masalah Pak Ahok, tapi saya akui bahwa apa yang terjadi dengan Pak Ahok adalah miniatur dari kualitas sistem keadilan di Indonesia sekaligus kondisi masyarakat Indonesia saat ini. Sistem keadilan yang penuh ketimpangan dan masyarakat yang mudah untuk "dikompori" dengan embel-embel "agama" dan isu rasisme.

Berdoa... dimulai.

Wejangan 3


Please, belajarlah berdiskusi dan berdebat dengan sehat, jangan sedikit-sedikit saling teriak pakai toa. Saya dan Bunda Arum sering banget berdebat dan pada akhirnya tetap pada pendirian dan dengan alasan masing-masing. Nyatanya kami masih langgeng kopet-kopetan sampai sekarang, bahkan bisa menulis hal tak berfaedah dalam satu blog.

Masih banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyampaikan pendapat. Dan perlu diingat bahwa kita tidak bisa egois untuk meminta orang lain memiliki pendapat yang sama dengan kita. Yang perlu menjadi catatan adalah jika memang di tengah diskusi terbukti pendapat kita salah, ya akui saja, nggak perlu nyolot sampai matanya mendelik macam Suzana. Diskusi itu sharing, berbagi pikiran, bukan ajang pembuktian mana yang salah dan mana yang benar.

Wejangan 4


Satu lagi wejangan dari saya, ini pesan yang paling utama dan tolong camkan baik-baik.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan pernah lupa untuk menjadi koplo. Ben uteg e kendor, ora sepaneng, coeq. Paham? Stop saling teriak masalah agama. Mari berusaha menjadi manusia sebaik-baiknya manusia. Jangan pernah lupa bagimu agamamu, bagiku agamaku.

Salam koplo,

Ttd Bunda Koplo

15 komentar:

  1. Kak waktu kuliah aku belajar hukum dan kebetulan muslim dari lahir. Putusan Ahok ini jujur bikin aku hopeless.. Untuk hukumnya-nya, dan untuk orang2 yang membuat aku malu dengan citra muslim yang mereka pertontonkan

    Sedang kupertimbangkan untuk hijrah ke biara saolin kak, lbh baik aku mendalami kungfu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hening!
      Kamu memang rakyat Besok Siang!
      Ayo kita belajar jurus mabuk!

      Hapus
    2. Aku melu shaolin kungfu mbaak.. biar otakku bisa panjang dan lentur kaya jersey spandex, nanti kita bisa sahadat bareng sama kuliah brg di hukum. Ini adalah perekayasaan kasus termemuakkan dari oknum amoral yang bertopeng agama untuk cari kuasa, iih eneg deh sama putusan dan tuntutannya.

      Hapus
    3. Woh woh, kita saudara seperguruan!!

      (((Jersey Spandex)))
      Kosakatanya udah makin pada kreatif ye 😂😂😂

      Hapus
  2. nangis ng pojokan karo showeran. people nowadays sumbune pendek kabeh :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ha mending ono shower, kene gur mojok ro cidhukan, gek banyune entek. Perih.

      Sebenernya yang sumbu panjang banyak, cuma nggak iyig di social media aja :|

      Hapus
  3. Balasan
    1. Dasar laki-laki!!!
      Suka meminta lebih!
      Cih!

      Hapus
  4. winkthink5/16/2017

    Siaga..yang otaknya pada jalan kudu siaga.
    Kaum sumbu pendek penghuni bumi datar, gak remeh ternyata pengaruhnya -_-"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, saya?

      Ttd: si sumbu pendek

      Hapus
    2. Anggota Besok Siang ada yang sumbu pendek juga kok. Bakar wae yok!

      Hapus