Salah satu berkah di bulan April ini adalah akhirnya Pilkada DKI Jakarta berakhir juga!! BER-AK-HIR SE-PER-TI HU-BU-NGAN KI-TA, MAS!!! #kayakpunyamasaja
Pilkada DKI Jakarta berakhir dengan terpilihnya gubernur dan wakil gubernur baru dari grup Oke Oce. Saya sebagai manusia dengan status bukan warga DKI Jakarta, sebenarnya sedih karena bukan Ahok-Djarot yang menang. Saya sedih karena segala sepak terjang atau kinerja Ahok selama ini seakan-akan dianggap angin lalu "hanya" karena Ahok adalah "kafir", sama seperti saya. "Kafir".
Melihat kenyataan yang seperti itu, rasanya pengen ngelus dada. Dada sendiri, bukan dada orang lain karena dada orang lain belum tentu sebesar dada saya #savedadaMomon
Tapi, ya sudahlah.
Siapapun yang menang, harus Legowo. Bukan Anies maupun Ahok. Tapi, Legowo.
#crispy
Panasnya Pilkada DKI Jakarta putaran pertama boleh jadi menjadi pengalihan isu dari gosip antara Raffi Ahmad dan Ayu Ting-Ting. Tapi, ternyata panasnya hasil Pilkada DKI Jakarta putaran kedua gagal menjadi pengalihan isu dari berita Mbak Dian Sastro yang di-bully oleh Netizen. Huft huft, yang sabar ya, Mbak. Saran saya, mending kalau bikin klarifikasi nggak usah muter-muter, langsung sat-set-sat-set aja. Ngapusi ya, rapapa kok, Mbak. Le penting masuk akal, terutama akal buibu. Begitu.
Kali ini saya bukan mau membahas Mbak Dian Sastro karena ghibah para artis adalah keahlian dari Brarum, bukan saya. Saya mau membahas tentang hari peringatan seorang tokoh yang diperankan oleh Mbak Dian Sastro di film terbarunya, yaitu Kartini. Yap! Berhubung kemarin adalah tanggal 21 April dan mumpung sekarang masih anget, saya mau membahas tentang Hari Kartini.
Apa sih yang biasa kita lakukan di Hari Kartini? Jawabannya bisa beraneka ragam, mulai dari upload foto OOTD kebayak, menulis status macam "Selamat Hari Kartini bagi perempuan Indonesia", sampai dengan turun ke jalan dan berorasi tentang emansipasi wanita. Banyak cara untuk merayakan Hari Kartini. Tapi, dibalik segala perayaan yang ada, sudahkah kita benar-benar merayakannya?
Sumber: www.inspiratorfreak.com |
Hari Kartini erat kaitannya dengan emansipasi wanita. Yaiyalah, Moooonnn.. Kan itu yang diperjuangkan oleh Kartini. Yang sayangnya, malah banyak masyarakat yang menganggap wanita berusaha menyalahi "kodrat"nya. Wanita kalau sudah menikah ya di rumah saja mengurus suami, wanita nggak usah sekolah tinggi-tinggi, and the bla and the bla...
Tak jarang pula emansipasi digunakan sebagai bahan bercandaan. Saya pernah merasa kesusahan membawa kardus berisi air mineral dari lantai 1 ke lantai 2, kemudian saya minta tolong ke salah satu teman laki-laki saya, "Eh, bisa minta tolong bawain nggak?" Dan teman saya menjawab dengan nada menggoda, "Katanya emansipasi wanita... Harusnya bisa dong bawa sendiri."
Oke sip.
Alhasil, saya membawa kardus berisi air mineral sendirian dari lantai 1 ke lantai 2 dan teman saya menonton sambil mesam-mesem. Ingin rasanya berkata kasar. KASAR!
Jadi, sebenarnya apa sih arti emansipasi? Berikut adalah arti emansipasi menurut KBBI:
emansipasi/eman·si·pa·si/ /émansipasi/ n 1 pembebasan dari perbudakan; 2 persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat (seperti persamaan hak kaum wanita dengan kaum pria)
Yang perlu digarisbawahi adalah kata "bebas" dan juga "persamaan hak". Wanita berhak untuk mendapatkan kebebasan, mulai dari kebebasan untuk mengekspresikan diri sampai dengan kebebasan untuk menentukan pilihan hidup. Wanita berhak untuk mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki, sebagai contoh adalah hak untuk mendapatkan pendidikan dan juga karir yang sama baiknya dengan laki-laki.
Kejadian yang saya alami mungkin terjadi karena kata "emansipasi wanita" erat hubungannya dengan "kesetaraan gender" sehingga dihubung-hubungkan juga dengan kesetaraan kemampuan fisik antara wanita dengan laki-laki. Salah kaprah. Bukan emansipasi wanita seperti itu yang diperjuangkan oleh Kartini.
Sumber: www.solosoloku.com |
Setiap individu diciptakan dengan kemampuan fisik yang berbeda-beda, bahkan sesama laki-laki pun memiliki kemampuan fisik yang berbeda. Menurut saya, bukan hal yang aneh apabila Mukidi A bisa mengangkat galon dengan satu tangan, sedangkan Mukidi B mengangkat air mineral 1 liter saja sudah ngos-ngosan.
Mukidi is back!!!
Oke, kembali ke emansipasi dan merujuk pada kata "bebas", sudahkah kita membebaskan diri sendiri? Bagaimana sih yang dimaksud dengan membebaskan diri sendiri? Dan harus sebebas apa?
1. Bebas dalam berpakaian
Saya sering banget nemu komentar macam "Pakaiannya mini banget sih, Kak. Kecewa." atau "Kayak badannya bagus aja pakai pakaian terbuka begitu!"
Hmmmm..
Menurut saya, setiap wanita berhak untuk bebas menentukan pakaian apa yang akan dikenakannya, baik pakaian yang minim maupun yang tertutup. Yang perlu diingat adalah apapun pakaian yang kita kenakan, yang penting kita yang memakainya dapat merasa nyaman dan percaya diri.
Kalau misalnya ada yang pakai pakaian mini dan ternyata berselulit, ya udah sih dibatin aja. Nggak usah cemangkem di kolom komentar.
Saya pribadi lebih nyaman mengenakan rok mini dibandingkan dengan rok midi walaupun beberapa teman saya suka komentar iseng, "Heh! Pakai celana dulu sana!" Hahahaha, mungkin karena saking mininya, jadi rok saya dikira atasan. Karena saya bertubuh pendek, maka saya merasa lebih percaya diri apabila memakai rok mini maupun hot pants. Dan saya tidak ingin memaksakan diri mengenakan rok midi atau bahkan rok panjang, sedangkan saya merasa tidak percaya diri karena saya merasa seperti buntelan lemper.
Saya berhak untuk bebas menentukan pakaian apa yang akan saya kenakan dengan catatan bahwa saya tahu tempat. Saya nggak mungkin dong ya dengan PD-nya memakai hot pants, kemudian mampir ke kantor. Bisa bisa di-bully orang sekantor. Di-bully ya, bukan digodain. Ya, saya default-nya emang di-bully sih. Ciyan nanet ya saya.
2. Kebebasan berekspresi
Kebebasan berekspresi atau dalam hal ini saya kaitkan dengan emosi, misalnya saja tertawa. Menurut saya, wanita bebas kok mau tertawa seperti apa. Mau nggak bersuara, mau keras, bebaaaasss.. Namanya juga mengekspresikan kegembiraan. Dan tetap dengan catatan, tahu situasi. Saya nggak mungkin juga tertawa keras jika sedang berhadapan dengan klien kantor, selucu apapun itu. Eh, tapi saya kalau tertawa memang anggun sih, elegan gitu #ehem.
Sumber: www.wowmenariknya.com |
3. Kebebasan meraih jenjang pendidikan yang lebih tinggi
"Cewek itu nggak usah sekolah tinggi-tinggi! Ujung-ujungnya juga paling cuma ngurus rumah, anak, sama suami! Percuma."
Rakyat Besok Siang jangan pernah terpengaruh komentar nyinyir seperti yang di atas yaaaa.. Karena ilmu itu nggak cuma digunakan ketika kita bekerja, tapi digunakan di setiap aspek kehidupan. Masak iya "menuntut ilmu setinggi langit" cuma berlaku untuk laki-laki?
4. Kebebasan menentukan kapan menikah
"Ingat umur loh, Mbak. Jangan keasyikan bekerja jadi lupa buat cari pasangan. Cewek itu ada masa suburnya. Kalau kelamaan, nanti susah cari pasangan."
Jadi, yang dicari laki-laki dari seorang wanita adalah kesuburannya? Gitu?
Setiap wanita bebas menentukan kapan mau menikah atas dasar pertimbangan pribadi, bukan atas dasar tekanan dari orang-orang di sekitar. Mau lulus S3 dulu baru menikah, monggo. Mau punya usaha dulu baru menikah, monggo. Mau umur 30++ baru menikah, juga monggo. Yang jelas, punya pasangan dulu baru menikah ya. Jangan sampai bagi-bagi undangan, tapi nama pasangan masih kosong. Kalaupun memang memutuskan untuk tidak menikah, monggo juga.
Itu orang-orang yang suka pada komentar nyuruh cepetan nikah juga kalau ada masalah di rumah tangga kita, nggak bakal bantuin kok.
5. Kebebasan memilih pekerjaan atau karir
"Cewek itu kerja biasa aja, nggak usah ngejar karir tinggi-tinggi lah, nanti cowok pada minder kalau mau PDKT."
Minder?
Bye!
Sebagai manusia, tentunya kita punya ambisi, mimpi, dan cita-cita dalam hidup. Kenapa laki-laki boleh memiliki ambisi dalam karir sedangkan wanita harus nrimo dengan karir yang biasa saja? Menurut saya, laki-laki yang hebat justru laki-laki yang menghargai dan mendukung mimpi dan cita-cita pasangannya.
Udah ah, contohnya 5 aja. Saya takut blogpost ini jadi panjang, sepanjang jalan kenangan #krikkrik.
Selain membebaskan diri, kita juga jangan lupa untuk membebaskan orang lain, ya!
Sebagai sesama wanita, jangan saling membandingkan macam "wanita yang tidak memakai makeup lebih baik dibandingkan dengan yang memakai makeup" atau "ibu rumah tangga lebih baik dibandingkan dengan ibu pekerja".
Sebagai sesama wanita, mari kita saling menguatkan dan menghargai pilihan hidup masing-masing.
Sebagai sesama wanita, mari kita saling mencintai dan menerima kelebihan dan kekurangan diri masing-masing.
Akhir kata, selamat Hari Kartini! #telatwoy
Fix ya ini ngena bgt:')
BalasHapusSakit nggak? :)
HapusEnak mbak Mon
BalasHapusApanya yang enaaaaa?
Hapusoo jadi pemimpin DKI Jakarta sekarang Legowo ya? bukan Kartini? :-)
BalasHapusNek Kartini lakya medeni ta malahan :|
Hapus