Pertemanan Kampret

Sebenarnya, saya sedang nggak pengen cangkeman di Besok Siang. Tapi, untuk membuat sebuah cerita fiksi juga membutuhkan effort yang tidak kecil. Karena effort untuk cangkeman lebih kecil dibandingkan dengan effort menulis fiksi, yawis tak cangkeman wae #hobikoknyangkem.


Saya mau nyangkem perihal pertemanan. Saya cukup tergelitik ketika membaca sebuah blog yang penulisnya menceritakan bahwa dia sama sekali nggak pernah berantem atau marahan dengan teman-temannya. Batin saya, "Wah, bahagia sekali hidupnya. Eh, tapi itu teman atau kenalan?"

Saya bukannya mau mengkritik cara orang lain berteman. Setiap orang punya cara masing-masing dalam menjalin pertemanan. Tapi, saya jadi mikir. Saya justru lebih sering bertengkar dengan teman dekat saya dibandingkan dengan teman yang nggak deket-deket amat, teman yang cugs tau aja.

Saya menyebut teman-teman dekat saya dengan sebutan teman-teman kampret. Kenapa kampret? Karena mereka memang kampret. Yha. Pertemanan saya dengan teman-teman saya adalah pertemanan kampret.
Gimana nggak kampret? Mereka hobi banget nge-bully saya. Di circle pertemanan kalian pasti ada satu orang yang selalu yahud untuk dijadikan bahan bully-an. Nah, kalau di circle pertemanan saya, orang tersebut adalah..... SAYA! Karena saya memang jarang marah ketika di-bully. Palingan cuma bisa cengengesan.

Sumber: www.sicumi.com
Contohnya saja di Besok Siang.
(Waktu curhat galau paripurna)
Bramon : "Braaahh.. ku mau ceritaaa. Tapi ojo digeguyu."
Brarum : "Oralah! Ora mungkin ora digeguyu."
Bradhik : "Mosok koe curhat ora digeguyu."
Bramon : "Yha."

(Waktu minta tolong kepo gebetan)
Bradhik : "Ya, tak kepoin gebetanmu."
Brarum : "Aku lagi kepo. Kok rupane nggatheli? Ah, cocoklah karo koe. Nggatheli."
Bramon : "Telek."
FYI, kami saling memanggil dengan kata depan "bra", yaitu Bramon untuk saya, Brarum untuk Arum, dan Bradhik untuk Dhika. Kenapa "bra"? Karena "bro" adalah panggilan untuk laki-laki. Gitu.


Contoh satu lagi di circle pertemanan kantor.

(Waktu menyeberang jalan)
Utari : "Mon, kamu yang di depan gih."
Momon : "Aku meneeehh.."
Ajeng : "Soalnya kamu kan jomblo."
Utari : "Iya, nek ada apa-apa sama kamu kan gak ada yang sedih."
Momon : "Fak."
(Waktu baju nggak sengaja kembaran)
Momon : "Uuuuttt.. kok tema baju kita hari ini sama, hahaha. Bisa merah-item gitu."
Utari : "Oh, nggak. Ini aku mau pulang ganti baju biar nggak sama."

Yha. Mereka kampret. Sungguh kampret.

Konon katanya, kualitas pertemanan akan teruji ketika sudah saling menghina. Slogan pertemanan kampret kami (Besok Siang, maupun non Besok Siang) adalah "teman senang ikut senang, teman susah tambah senang". Yha.

Walaupun saling menghina, teman-teman kampret saya adalah orang-orang yang ada di garda depan ketika saya sedang kesulitan atau butuh bantuan. Sayangnya, ketika saya butuh pacar, kok mereka seakan-akan menghilang. Hhmmmm..

Dan apabila salah satu membuat kesalahan, kami tak segan-segan untuk saling mengingatkan, mengingatkan sambil tetap mem-bully. Kalau sudah diingatkan, tapi tetap ngeyel dan kena batunya, dengarkan curhatannya, kemudian ketawain bareng-bareng. Taek kan?

Asyik lagi kalau lagi ngobrolin orang yang menyebalkan. Ketawanya bisa lebih kenceng. Pertemanan kampret adalah pertemanan ghibah. Gak diiiiing.. Gak salah.

Sumber: id.lolduck.com

Tak jarang juga saya dan teman-teman kampret saya marahan. Kadang karena beda pendapat, kadang juga karena sebal dengan sifat buruk masing-masing. Kalau sudah marahan, biasanya diem-dieman bentar, dan esok harinya semua kembali seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Kadang bahkan tanpa kata "maaf" karena memang sudah paham sifat masing-masing. Tapi, tetap menggunakan kata "maaf" ketika memang terasa sudah kelewatan. Dan, tentu saja untuk setiap teman kampret, saya punya treatment khusus, nggak bisa disamaratakan.

Banyak yang mengira kalau saling dekat satu sama lain, pasti punya sifat yang hampir sama. Satu ganjen, ganjen semua. Satu kaya, kaya semua. Satu resek, resek semua. Satu saru, saru semua #eaaaaa #inimahanakBesokSiang. Sering nonton vlog-nya Awkarin? Buat kalian yang hobi kepo kehidupan Awkarin, pasti pernah terbesit, "Ya, pantes Awkarin begitu. Temen-temennya aja begitu."

Sumber: www.brilio.net

Hal tersebut nggak berlaku untuk teman-teman kampret saya. Dari semua teman kampret saya, bisa dibilang Ajeng adalah orang yang paling "lurus". Setelah 3 tahun berteman dengan saya, dia tetap saja "lurus". Padahal saya terkenal sebagai pembawa pengaruh buruk. Yha. Asalkan bukan pembawa sial aja sih. Meskipun begitu, dia juga nggak sok nyeramahin saya ini itu.

Pada intinya, masing-masing dari kami memiliki pendirian tersendiri dengan karakter yang unik. Bahkan, saya banyak belajar dari mereka, dan tentunya membuat saya menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Bagi saya, pertemanan kampret adalah pertemanan yang sesungguhnya. Asyik untuk diajak senang maupun susah, dan tentu saja bisa membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi tanpa membuat kita menjadi orang yang "palsu". Dan satu lagi, asyik buat diajak ghibah. HA!

Teman yang patut untuk dicurigai adalah teman yang ketika kamu memakai high heels dan wig  untuk ke pantai, mereka bilang, "Ya, ampuuuuunnn.. fesienebel banget siiiiihhhh." Carilah teman yang mampu bilang, "Coeg, yang bener ajeeee.. ke pantai pakai heels sama wig! Ganti sandal japit kanah! Wig e copot! Nek nggo wig malah kaya banci prapatan."

Salam kampret.

6 komentar:

  1. Jadi kaw tak anggap aku teman yang lurus? OKe. Fine.

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Aku sakhiiiit denger bagian "mblo"nya.
      Sakit peruuut.
      Geli-geli menggelitik 😪

      Hapus
    2. Kucuma bisa bully jomblo ke momod. Jomblo lain baperan 💩

      Hapus
    3. Aku mau jadi orang baperan ah.
      Biar nggak dibully.
      Aku mau bilang "jahat" ke kalian.
      Sayangnya hanya Rangga yang jahat.

      Hapus