Mertua

Waktu netizen tanya rumah saya di Jogja di daerah mana, saya jujur menjawab, "Belum punya rumah. Sementara masih menumpang di rumah mertua." Tidak disangka-sangka, ternyata banyak sekali netizen, terutama yang bunda-bunda, yang sensitif ketika mendengar kata Mertua.

Reaksinya beragam sekali. Di antaranya:
"Wah, tidak bisa ngeblog dan FOTD dong!"
"Yang sabar ya, Mbak. Aku tahu rasanya tinggal di rumah mertua :'(."
"Pasti nanti diatur-atur deh!"
Dan yang paling epic:


Mengapa harus tidak bisa ngeblog, harus sabar, diatur-atur, dan bahkan terjadi cekcok saat tinggal di rumah mertua? Saya sampai mencari di KBBI apa artinya mertua:

Mertua adalah sebutan dalam hubungan/sistem kekerabatan yang merunjuk pada orang tua istri atau suami. Selain merujuk pada ayah mertua dan ibu mertua juga dapat merujuk pada kakek atau nenek mertua. Lawan dari kata mertua adalah menantu.

Tidak ada penjelasan bahwa antara menantu dan mertua haruslah terjadi cekcok atau kejadian-kejadian tidak enak lainnya.

Tapi kalau dipikir-pikir, saya itu sering sekali melihat sinema pintu taubat di Indosiar yang menceritakan mengenai kekejaman mertua. Ya walau pada akhir cerita si mertua bertaubat dan dibukakan pintu hatinya, namun tetap saja setelah menonton cerita itu, yang melekat di hati adalah kekejamannya, bukan taubatnya. Lalu di dunia nyata, saya juga sering melihat para bunda di Facebook curhat mengenai ibu mertuanya yang banyak menuntut lah, nyinyir lah, terlalu ikut campur lah, bahkan sampai ada yang dituduh mencuri uang oleh mertuanya lah.

Tapi sayangnya, yang memberikan testimoni bahwa mertuanya baik itu tidak ada. Ada sih, tapi sedikit dan jarang. Ya saya paham, orang memang cenderung lebih vokal ketika mengutarakan protes. Contohnya saja, di suatu waktu ada banyak postingan mengenai jaringan internet operator anu yang busuk sekali. Tapi ketika jaringan operator tersebut sedang bagus, tidak ada yang mangap memuji-muji, kecuali di-endorse. Yang mau endorse Besok Siang sila langsung saja email ke blogbesoksiang@gmail.com.

Makanya tidak heran, kalau kemudian kata mertua sering dianggap punya konotasi negatif. Selain kata mertua, kata ibu tiri juga punya konotasi negatif. Karena yang sering didengar oleh orang-orang hanya yang negatif-negatif saja. Jadi ketika saya bilang tinggal di rumah mertua, banyak sekali yang merinding dan memandang kasian ke saya, seolah-olah saya hendak melalui neraka dunia.

Padahal mertua dan ibu tiri itu adalah manusia juga. Sewajarnya ada yang jahat dan ada pula yang baik. Atau kalaupun beliaunya baik, ya adalah wajar bila dalam hubungan sesama manusia itu suatu saat terjadi perselisihan. Jangankan sama mertua yang jarak usianya pasti lumayan jauh dengan kita. Dengan teman sebaya atau bahkan dengan suami juga pasti ada yang namanya perselisihan.

Nah, untuk menjawab kekhawatiran netizen, saya kebetulan mendapatkan mertua yang baik. Orangnya baik dan beliaunya juga baik-baik saja sama saya. Beneran baik, bukan pereuz! Tanya saja ke Momon, dia juga kenal sekali kok dengan mertua saya. Ibuk saya itu tidak pernah melarang-larang saya melakukan apapun sejauh ini. Ya mungkin karena saya juga tidak pernah melakukan sesuatu yang merugikan. Seandainya saja saya berniat nyolong cawet tetangga misalnya, yha saya yakin sih pasti dilarang juga.

Pas tahu bahwa saya dan suami mau menumpang sementara di rumah beliau, ibuk malah menyediakan kamar paling terang di rumah untuk studio sementara saya. Lalu juga menawarkan untuk memasang indihome, agar saya bisa leluasa berkerja di rumah. Jadi saya sekarang anak Indihome. Bisa melihat dhedemitan. Kalian yang suka kirim hate komen hati-hati nanti saya santet.

Dan dalam kehidupan sehari-hari di rumah, ya biasa saja sih. Ibuk paham, saya kalau sudah bekerja bisa antisosial, tidak mau diganggu, mengunci diri di dalam kamar saja. Ya kali, saya foto-foto dengan makeup yang rewo-rewo, lalu tiba-tiba disuruh beli telur. Jangankan membeli telur, saya kalau sedang begituan, dilihatin manusia lain saja tidak mau. Maunya cuma ditemanin kucing. Memangnya Momon, sedang bikin makeup ala banci, tiba-tiba disuruh mengantarkan STNK yang ketinggalan ke kantor bapaknya SEKARANG JUGA?

Tapi ya, seperti sewajarnya orang menumpang, ya saya yang tahu diri. Dapet mertua sebaik itu tentu tidak lantas membuat saya takabur, tamak, dan serakah. Saya tidak mau dong, ketika ibuk sedang nyapu, saya duduk di sofa saja sambil angkat kaki. Kok seperti adegan sinema pintu taubat saja.


Jadi kalau sedang tidak bekerja, ya saya keluar kamar dan berkumpul bersama manusia. Lalu ya bantu-bantu sebisa saya lah, cuci piring atau ngentasi pemean begitu. Karena kalau nyapu saya tyda bisa. Bagaimanapun dan dengan metode apapun saya berusaha menyapu, entah mengapa kok lantainya tetep masih ngeres. Seperti utegmu. Heran saya. Yang lebih mengherankan lagi, saya tidak bisa menyapu dengan bersih, tapi kenapa saya tidak mendapatkan seorang suami yang brewokan, yha? Padahal kan enak, geli.

Saya menuliskan ini sebagai penyeimbang saja. Karena sudah terlalu banyak cerita mengenai mertua JYAHAT di mana-mana. Saya ingin kalian semua tahu, bahwa mertua itu juga manusia, banyak yang baik juga. Buat yang belum punya mertua, atau hendak berkenalan dengan mertua, jangan njuk takut dan dijadikan momok lah! Belum tentu calon mertua kalian jahat. Ingatlah bahwa ini dunia nyata, bukan sinema pintu taubat Indosiar.

Ibu tiri juga begitu. Mitos bahwa ibu tiri itu jahat dan hanya cinta pada ayahku saya, sudah dipatahkan oleh seorang tokoh legendaris Indonesia, Bunda Ashanti.

19 komentar:

  1. Brewok itu tidak selalu geli, Seus Arum. Kadang justru menusuk cekit-cekit kayak suket.

    BalasHapus
  2. Ngakak pas baca "Nganter stnk pake full makeup"
    Ini yg makeup fantasy ada ukiran d pinggiran matanya bukan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyha betul. Bapak Dek Mon memang terbaek 👌

      Hapus
  3. Hahahahah, sebuah permasalahan. Karena tinggal dengan mertua. Nanti habis itu, pindah rumah sendiri ditanya ngontrak apa beli kes. Wuopo kie 😂😂😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau di jawab beli, cash atau kpr? Begitu...

      Hapus
  4. Cuci piring dan ngentasi pemean adalah hal yang dilakukan menantu teladan seperti saya juga. Dekmon pantas disuru mengantarkan STNK karena tidak teladan, bukan menantu, dan keset menulis di blognya :-)

    BalasHapus
  5. Tapi nek ibu tiri seko bapakku *ga mau nyebut ibu tiriku* ya emang kampret sih. Nelantarin adekku... Nek mertua.... Hmmm aku komennya sesok ae nek wes duwe wkkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yha seperti halnya mertua, ibu tiri juga manusia. Ada yang jahat dan ada yang baik.

      Hapus
  6. alhamdulillah mertua baik. ga pernah ikut campur masalah rumtang. apalagi aq orang yang kadang ga tau basa basi. kalo ga suka langsung bilang 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulilah. Viralkan mertuamu! Jangan diam saja!

      Hapus
  7. Toss..aku juga alhamdulillah punya mertua yang baik banget. Ya meskipun kadang akunya yang nggak cocok,balik lagi itu hanyalah sekedar hubungan antar manusia,kadang sebel tp banyak akurnya. Sampe2 temen2ku heran "kamu kok betah di rumah mertua?" ,Lah emange lapo?mertua kan orangtua kita juga. Malah kalo suami lg kesel sm org tuanya,ak yg bilangin kalo nggak boleh kesel sm org tua.. joss kan aku sbagai menantu yg ketche

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sungguh menantu teladan dan budiman lagi pengertian aku bangga!

      Hapus
  8. Numpang promosi:
    Aqied mencari mertua

    BalasHapus
    Balasan
    1. DICARI: bagi yang mau mempunyai menantu pengusaha ketring yang pernah lupa memasukan garam ke dalam masakannya dan customernya tetap bilang ena, harap email ke blogbesoksiang@gmail.com

      Hapus
  9. aku di rumah mertua tpi yg diperlakukan kaya mantu malah bojoku..piye jal :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yha enak no diperlakukan seperti menantu. Berarti dipasangke indihome sama disediain tempat wat studio?

      Hapus