[Buku Pilihan] Supernova #1: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh


Judul : Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh
Penulis : Dee Lestari
Penerbit : Bentang Pustaka
Kategori : Fiksi
Harga : (sekitar) Rp 60.000,00

Gara-gara menonton sebuah film karya Chris Nolan, Interstellar, saya jadi teringat akan serial Supernova ini. Loh, apa hubungannya? Yang satu film, yang satu buku. Yang satu dibikin sama bule, yang satu karya penulis lokal. Benang merahnya adalah perasaan yang ditimbulkan setelah menyelesaikan kedua cerita tersebut. Yang saya rasakan baik setelah menonton Interstellar maupun setelah membaca serial Supernova adalah sama-sama merasa bahwa alam semesta ini luas sekali dan saya ini hanyalah upil.

Oke, sekian tentang upil, kembali ke Supernova.


Supernova adalah novel berseri yang ditulis oleh penulis Indonesia, Dee Lestari. Jujur saja, diantara banyak karya Dee (yang hampir semuanya sudah saya baca), saya cuma suka serial Supernova. Supernova ini gosipnya akan terbit sebanyak sembilan buku. Dan sejauh ini, kelima serinya selalu sukses menjadi best seller di kancah perdagangan buku nasional. Saya termasuk salah satu dari sekian ribu pembaca yang termehek-mehek dan selalu menunggu-nunggu. Setiap terbit bukunya, saya pasti beli. Dan setiap saya baca bukunya, saya akan terhipnotis dan seolah tenggelam dalam semesta yang sama sekali lain dari kehidupan yang sedang saya jalani. Atau singkatnya, saya jadi nggak bisa dialihkan perhatiannya.

Sesungguhnya buku ini adalah semacam kisah perjalanan hidup dengan tokoh yang berbeda-beda. Masing-masing buku akan berfokus pada satu tokoh utama, yang sampai pada buku keempat pun saya belum bisa menarik benang merahnya. Baru pada buku kelima, "Gelombang", kita diijinkan untuk "mengintip sedikit" apa sebenarnya yang menyatukan tokoh-tokoh utama dalam masing-masing buku.

Untuk pembahasan masing-masing tokohnya, akan saya bahas perbuku. Dan kali ini saya akan membahas seri pertama dari Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh.


Supernova #1
Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh




Menurut saya ini adalah yang pertama, yang terberat, yang ter-membosankan, yang ter-cemen, dan yang terburuk dari keempat seri yang lain. Kalau boleh sebenarnya saya ingin melewati saja pembahasan mengenai buku pertama ini. Tapi pembahasan keseluruhannya nanti akan jadi pincang dong ah.

Kenapa saya sebut berat? Karena bahasanya susah dipahami. Jangan salah, ini bukan bahasa sastra yang berat dan mendayu-dayu. Yang bikin novel ini susah dipahami adalah banyaknya istilah sains dan teori-teori fisika yang, sungguh pun saya berusaha sampai kaki di kepala, bikin saya frustasi karena nggak mudeng-mudeng. Sebenernya penulis sudah berusaha menjelaskan istilah-istilah ilmiah tersebut dengan mencantumkan penjelasan berupa footnote yang ajubilah mamatalik banyaknya. Tapi tetep saja saya nggak mudeng. Dan pusing rasanya harus membaca dan berkonsentrasi terhadap jalan cerita, sambil sedikit-sedikit teralihkan untuk membaca footnote. Karena banyak istilah yang nggak saya mengerti itulah kemudian saya jadi bosan.

Sementara orang normal mabok Chivas, kontributor Besok Siang mabok footnote

Lalu kesan berikutnya adalah cemen. Novel ini awalnya bercerita mengenai pasangan gay, Dimas dan Reuben, yang bersama-sama menuliskan sebuah cerita cinta. Meskipun dibalut oleh berbagai bahasa yang ilmiah dan teori-teori fisika tingkat tinggi, tapi elemen cerita cinta dari novel ini sendiri menurut saya sangat cemen. Dimas dan Reuben menceritakan tentang seorang pria dan wanita yang saling jatuh cinta, dengan konflik si wanita tersebut sudah menikah. Mengutip bahasa Monica, cerita ini sinetron banget.

Seperti yang sudah saya bilang diatas, masing-masing seri Supernova berfokus pada seorang tokoh yang nantinya (entah dibuku keberapa) mereka akan saling bertemu dan berhubungan. Pada buku pertama ini, sebelum saya melanjutkan membaca buku-buku selanjutnya, saya harus meraba-raba, mana sih tokoh utamannya? Karena semua tokoh dalam cerita ini diberikan porsi dan bobot cerita yang sama besar.

Tokoh pertama adalah Dimas dan Reuben, sepasang kekasih gay yang memutuskan untuk menuliskan sebuah cerita cinta yang tidak biasa. Kisah tentang Ferre yang jatuh cinta kepada Rana. Dan juga tentang Diva, si pelacur dan supermodel kelas atas. Yang menarik, jarang sekali rasa cinta dan kesetiaan dimasukan sebagai elemen dalam sebuah kisah mengenai gay. Tapi dalam cerita ini, saya bisa merasakan rasa cinta dan perasaan hangat yang nyaman yang melingkupi hubungan Dimas dan Reuben. hubungan mereka berdua dikisahkan dengan apik, yang menjadikan kita berpikir bahwa "gay" tidaklah selalu tentang "seks".

Kisah yang ditulis oleh Dimas dan Reuben ini juga melibatkan tokoh Cyber Avatar yang disebut Supernova. Apa itu cyber avatar? Mmm...entah ya. Bagi saya sih semacam google gitu, tempat semua orang bisa menanyakan segala hal di dunia maya, tapi lebih personal. Baca aja sendiri lah saya bingung menjelaskannya! Nah, nantinya pada akhir cerita akan ada sedikit twist unik berkaitan dengan si cyber avatar ini.

Lalu adalah Ferre, seorang pemuda yang sangat sukses, tampan, dan kaya tapi hidupnya sepi tanpa cinta dan keluarga. Suatu hari dia dipertemukan dengan Rana, dan kemudian mereka jatuh cinta. Tapi cinta mereka terhalang karena Rana adalah istri orang. Menariknya disini, saya seperti digiring untuk mengerti dan memaklumi perasaan mereka. Kalau saya biasanya benci dengan karakter peselingkuh, pada cerita mengenai Ferre dan Rana, saya dibuat bersimpati dan kasihan, kenapa dua orang yang saling mencinta harus terhalang sedemikian rupa. Sama seperti kisah pasangan gay, biasanya kisah mengenai pasangan selingkuh dibuat dangkal dan jarang melibatkan cinta. Tapi cerita ini memang lain.

Dan yang ketiga adalah tokoh favorit saya di buku ini, Diva, seorang supermodel kelas atas dan pelacur dengan tarif ribuan dollar permalam. Diva digambarkan sebagai pribadi yang kontradiktif. Sangat cantik dan merawat diri tapi sangat cerdas (katanya sih, sekali lagi katanya, dua sifat ini jarang ditemukan dalam satu perempuan :D), sangat dingin sekaligus berjiwa sosial tinggi, sangat tak tergapai sekaligus sangat manusiawi, pelacur sekaligus wanita terhormat, supermodel papan atas sekaligus tetangga yang perhatian dan pandai memasak macaroni schotel, singkat kata unik dan kontradiktif.

Semua tentang Diva kalau diceritakan secara singkat memang terasa sangat kontradiktif. Tapi saat membaca bukunya, barulah terasa bahwa memang sifat-sifat yang ada dalam diri Diva tidak saling berlawanan. Semuanya melebur menjadi satu dan menjadikannya karakter yang memikat tapi terasa natural. Lagi-lagi saya harus mengakui kalau cerita ini berbeda. Jarang seorang pelacur diceritakan sangat cerdas, sangat berkelas, dan sangat memanusiakan manusia.

Ada satu tokoh lagi yaitu Gio, sang petualang. Saya cukup menyukai tokoh Gio ini karena kesannya begitu muda, bebas, berani, dan maskulin. Tapi sayangnya, Gio cuma mendapatkan sedikit porsi dari buku ini. Dan yang saya mau tulis berikut ini mengandung spoiler, yang nggak suka spoiler, jangan baca kalimat yang saya blok kuning:


Walau porsi pada buku ini sedikit, tapi tokoh Gio akan terus-menerus muncul pada seri-seri selanjutnya.


Pada beberapa review mengenai buku ini, banyak yang berpendapat: "sebenarnya tokoh Dimas dan Reuben tidak perlu diceritakan sebagai seorang gay. Tanpa mereka menjadi seorang gay-pun, sebenarnya tidak begitu berpengaruh terhadap esensi cerita secara keseluruhan."

Pendapat saya, segala karakter yang ada pada buku ini memang dibuat menyimpang dari kondisi yang dinilai normal oleh masyarakat. Untuk apa? Saya rasa sih untuk menunjukkan bahwa apa yang selama ini begitu dipandang hina oleh kebanyakan orang, belum tentu sehina itu. Sekedar sentilan bahwa kita biasa memandang segala sesuatu dari sudut pandang kita sendiri, dan cenderung menganggap salah segala yang berbeda dari kita atau dari yang biasa kita lihat. Coba dilihat lagi, tiga tokoh utamanya adalah pasangan gay, pasangan selingkuhan, dan seorang pelacur :D.

Pada saat Dimas dan Reuben menggodok karakter Ferre dan Rana dalam cerita yang akan mereka buat, ada percakapan mereka yang bagi saya menjawab pertanyaan (atau pernyataan?) dari para review-er terkait perlu tidaknya karakter Reuben dan Dimas menjadi gay:


"Kita akan membungkusnya dalam kisah cinta yang bukan biasa-biasa, kontroversial, ada pertentangan nilai moral dan sosial."
"Let me guess, pasangan homoseksual?"
"Bukan. Isu itu masih terlalu minor untuk masyarakat kita. Aku ingin mengambil pasangan hetero, tapi memiliki rintangan besar, misal, yang satu sudah menikah. Menurutmu, yang sudah menikah si pria atau si wanita?"
"Wanita. Kalau pria, orang dengan gampang menyudutkan dengan dalih 'laki-laki buaya darat' atau 'ceweknya kegatelan'. Poligami juga bisa dapat pembenaran agama." 


Saya rasa cukup sekian mengenai buku ini. Secara keseluruhan, Supernova adalah cerita yang menkjubkan dan layak untuk dikoleksi. Walau buku pertama ini yang terburuk, tapi apalah artinya membaca serial bila melewati buku pertamanya?

Sayangnya, jarak antara buku satu dengan buku yang lain biasanya lamaaa sekali. Yang paling ekstrim adalah jarak antara buku ketiga dan keempat, "Petir" dan "Partikel", adalah 8 tahun! Bayangkan, butuh waktu delapan tahun untuk menuliskan satu judul buku! Dan saat ini, buku yang sudah ditulis baru lima judul. Kita masih harus menunggu empat judul lagi untuk menggenapi semuanya. Yah, mari kita doakan mbak Dee sehat walafiat sampai seluruh seri Supernova ini tamat :').

*Catatan:
1. Sebenarnya saya memang punya setiap terbitan pertama masing-masing buku ini. Dulu penerbitnya masih Truedee, belum Bentang Pustaka. Tapi karena suatu insiden, banyak koleksi buku saya yang hilang. Saya memutuskan untuk membeli ulang seluruh seri Supernova saya yang hilang. Karena menurut saya, Supernova ini akan menjadi sebuah kisah yang timeless, tetap akan menarik ketika dibaca generasi-generasi sesudah saya (cucu saya mungkin) dan layak dijadikan warisan.
2. Kalau tertarik dengan serial ini dan belum membaca sama sekali, plis jangan nonton film-nya. Baca bukunya aja ya :D


@sekararumw

7 komentar:

  1. Buku ini memang termasuk paling banyak footnotenya, bahkan ada yang separuh halaman. lol

    Belum nonton filmnya nih, kalau bukunya udah 10tahunan lalu :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Film-nya tidak sebagus bukunya, dan ada beberapa karakter dan scene yang dipangkas :D.

      Thanx sudah mampir, yah :)

      Hapus
  2. aku punya buku yang pertama, baca waktu jaman smp kelas 3 dan gak mudeng babarblas. setelah nonton filmnya, terus baca ulang. baru ngeuh. jadi pengen koleksi juga^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuk, koleksi :).

      Thanx sudah mampir ya, Cya.

      Hapus
  3. Diva juga tokoh favorit aku! Kontradiktif tapi memikat.
    Fyi, yg buku pertama ini kayaknya uda 4 x ganti cover deh. Aku tinggal beli Gelombang sama Partikel nih. Ini lagi baca ulang dulu 3 buku awalnya, biar nanti pas baca buku barunya lebih fresh. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuk bikin Fans Club mbak Diva :D.
      Aku nggak hafal berapa kali buku ini ganti cover. Sama banget, setiap terbit buku baru aku selalu baca ulang lagi semuanya ^^

      Hapus
  4. belum kesampaian mau beli sepaket bukunya Dee.. waktu baca-baca sinopsisnya agak ngga mudeng juga sebenernya, tapi penasaran banget kenapa jadi bestseller sampai 5 buku :)

    BalasHapus